Tren Wisata Ramah Muslim Dunia 2026 China Jadi Sorotan

Senin, 01 Desember 2025 | 15:06:26 WIB
Tren Wisata Ramah Muslim Dunia 2026 China Jadi Sorotan

JAKARTA - Dalam beberapa tahun terakhir, geliat wisata ramah muslim semakin menonjol sebagai fenomena global. Pergeseran perilaku wisatawan muslim bukan hanya memengaruhi destinasi populer, tetapi juga mengubah cara pelaku industri pariwisata menyiapkan layanan yang lebih holistik. 

Alih-alih berfokus pada liburan cepat pascapandemi, arah perjalanan muslim kini berkembang ke pencarian makna yang lebih mendalam, menyentuh aspek spiritual, keamanan nilai, serta kenyamanan identitas. Indonesia, sebagai salah satu negara dengan jumlah muslim terbesar di dunia, ikut memainkan peran penting baik sebagai pasar maupun sebagai destinasi yang dipertimbangkan wisatawan internasional.

Ketua Umum Asosiasi Travel Halal Indonesia (ATHIN) Cheriatna menggambarkan masa saat ini sebagai fase transisi dari euforia Revenge Travel menuju Meaningful Travel.

Ia menjelaskan bahwa wisatawan muslim kini semakin selektif, bukan hanya mencari makanan halal, tetapi juga ruang perjalanan yang menghadirkan ketenangan nilai dan pengalaman yang lebih personal. 

Dalam pandangannya, perjalanan tahun 2026 akan ditandai oleh personalisasi layanan halal yang lebih mendalam, termasuk kehadiran tur privat, kelompok kecil yang fleksibel, serta destinasi yang memadukan keindahan alam dengan sejarah peradaban Islam.

Dinamika Pilihan Destinasi Wisatawan Muslim

Dalam memprediksi arah wisata halal tahun depan, Cheriatna menekankan kebutuhan wisatawan muslim terhadap tiga unsur utama yang ia sebut sebagai 3S: Syariah Compliance, Safety & Comfort, serta Story. 

Ketiganya menjadi dasar pertimbangan utama saat calon wisatawan menentukan negara atau kota tujuan. Syariah Compliance terkait ketersediaan makanan halal dan akses ibadah. 

Safety & Comfort berkaitan dengan kenyamanan identitas, misalnya keamanan bagi perempuan berhijab. Sementara Story mencakup nilai edukasi dan konteks sejarah yang dapat memperkaya perjalanan keluarga.

Dalam catatannya, destinasi favorit terbagi menjadi dua segmen: pemula dan berpengalaman. Wisatawan pemula cenderung memilih negara seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand karena kedekatan jarak serta kultur yang serupa. Sementara wisatawan berpengalaman memilih destinasi baru yang memberikan pengalaman berbeda.

China menjadi sorotan karena meningkat drastis dalam permintaan perjalanan muslim sejak pembukaan kembali pascapandemi. Kota-kota seperti Xi'an dan Xinjiang memiliki perpaduan lanskap alam dan jejak sejarah Islam yang sangat tua, sehingga menarik bagi wisatawan muslim Indonesia. 

Selain itu, destinasi populer seperti Jepang, Korea, dan Australia tetap menjadi pilihan stabil berkat infrastruktur halal mereka yang semakin berkembang, membuat turis muslim merasa lebih leluasa dan aman.

Cheriatna juga mengungkapkan bahwa destinasi yang tergolong hidden gem tetap diminati, seperti desa-desa di Eropa Barat atau pedalaman Asia Timur. Namun, perjalanan ke wilayah yang lebih terpencil sering kali memerlukan persiapan ekstra, khususnya dalam hal logistik makanan halal dan penentuan lokasi ibadah.

Kebutuhan Logistik dan Dukungan Profesional Agen Perjalanan

Di tengah beragamnya kebutuhan wisatawan muslim, agen perjalanan tetap memiliki peran penting yang belum tergantikan oleh OTA (online travel agent). 

Menurut Cheriatna, biro perjalanan memiliki kemampuan untuk memberikan dukungan krisis yang tidak dapat disediakan teknologi, seperti menangani kasus paspor hilang, kondisi darurat kesehatan, hingga pembatalan perjalanan mendadak.

Strategi Cheria Holiday mengandalkan prinsip “Logistik Mandiri & Kearifan Lokal”. Mereka bekerja sama dengan komunitas muslim lokal atau masjid setempat untuk memastikan kebutuhan makanan halal dan fasilitas ibadah terpenuhi. Bila destinasi sangat terpencil, mereka menyediakan katering khusus atau makanan siap saji halal dari Indonesia. 

Selain itu, Tour Leader dilatih untuk menentukan lokasi dan waktu ibadah dalam kondisi tertentu, termasuk shalat di alam terbuka yang sering kali memberikan pengalaman spiritual baru bagi wisatawan.

Bentuk layanan seperti ini mengisi celah yang belum dapat dipenuhi teknologi, terutama dalam menghadapi situasi tak terduga di luar negeri. Keberadaan agen perjalanan juga membantu wisatawan muslim merasa lebih aman dalam menjalani seluruh rangkaian perjalanan.

Arah Wisata Halal Menuju Pengalaman yang Lebih Personal

Melihat tren dan dinamika yang berkembang, tahun 2026 diproyeksikan sebagai momentum di mana perjalanan muslim semakin personal, relevan secara spiritual, sekaligus berfokus pada kenyamanan nilai. 

Integrasi teknologi, seperti aplikasi penunjuk kiblat dan pemindai komposisi makanan, akan menjadi standar layanan yang diharapkan. Namun, sentuhan manusia melalui agen perjalanan tetap menjadi elemen penting untuk menjamin rasa aman dan pendampingan menyeluruh.

Dengan potensi pasar yang terus berkembang dan preferensi wisatawan yang makin matang, industri pariwisata global—termasuk negara-negara besar seperti China yang kini menjadi kuda hitam dalam wisata ramah muslim akan terus beradaptasi. 

Semua ini menegaskan bahwa wisata ramah muslim bukan sekadar tren, melainkan bagian dari transformasi besar dalam cara masyarakat dunia merencanakan perjalanan.

Terkini