JAKARTA - Upaya pemulihan infrastruktur pascabencana di Pulau Sumatra terus dikebut pemerintah guna memastikan aktivitas masyarakat dan distribusi logistik dapat kembali berjalan normal.
Sejumlah wilayah yang terdampak gempa dan bencana alam lainnya kini mulai menunjukkan perkembangan positif, terutama pada akses jalan nasional yang menjadi tulang punggung mobilitas antardaerah.
Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo menyampaikan bahwa mayoritas jalan nasional yang terdampak di Sumatra sudah kembali dapat digunakan.
Pernyataan tersebut menandai progres signifikan dari rangkaian pekerjaan pemulihan yang dilakukan secara intensif sejak bencana terjadi. Pemerintah, kata Dody, menempatkan pemulihan konektivitas sebagai prioritas utama agar roda perekonomian dan pelayanan publik dapat segera pulih.
Progres Pemulihan Jalan Nasional di Sumatra
Dalam keterangannya di Jakarta, Jumat, 19 Desember 2025, Dody menjelaskan bahwa dari total jalan nasional yang terdampak bencana di Sumatra, sebagian besar sudah kembali berfungsi.
“Sekitar 81 persen sudah fungsional,” kata Dody. Angka tersebut mencerminkan percepatan penanganan yang dilakukan oleh Kementerian PU bersama berbagai pihak terkait di lapangan.
Ia mengungkapkan bahwa terdapat 80 ruas jalan nasional yang terdampak gempa dan bencana di beberapa provinsi, yakni Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat. Dari keseluruhan ruas tersebut, pemerintah secara bertahap melakukan penanganan darurat hingga perbaikan permanen, menyesuaikan dengan tingkat kerusakan dan kondisi geografis masing-masing wilayah.
Pemaparan tersebut disampaikan dalam Konferensi Pers Tanggap Bencana yang juga dihadiri oleh Kapolri. Dalam kesempatan itu, pemerintah menegaskan komitmen lintas sektor untuk mempercepat pemulihan infrastruktur dasar yang sangat dibutuhkan masyarakat pascabencana.
Sebaran Kerusakan di Aceh Sumut dan Sumbar
Dody merinci sebaran jalan nasional yang mengalami kerusakan akibat bencana. Di Provinsi Aceh, tercatat sebanyak 38 ruas jalan nasional terdampak.
Sementara di Sumatra Utara terdapat 12 ruas jalan nasional yang mengalami kerusakan. Adapun di Sumatra Barat, jumlah ruas jalan nasional terdampak mencapai 30 ruas.
Kondisi kerusakan bervariasi, mulai dari retakan badan jalan, amblas, hingga putusnya akses akibat longsor. Oleh karena itu, metode penanganan yang diterapkan juga berbeda-beda, mulai dari pembersihan material longsor, perbaikan struktur jalan, hingga pembangunan jalur alternatif sementara.
Seluruh langkah tersebut dilakukan agar akses transportasi tetap dapat digunakan sembari menunggu penyelesaian perbaikan secara menyeluruh.
Pemerintah menilai keterbukaan akses jalan nasional menjadi kunci dalam mempercepat pemulihan wilayah terdampak. Selain menunjang mobilitas warga, akses jalan yang fungsional juga memudahkan penyaluran bantuan logistik dan pelayanan darurat ke daerah-daerah yang sebelumnya terisolasi.
Percepatan Perbaikan Jembatan Nasional
Selain jalan nasional, perhatian pemerintah juga tertuju pada perbaikan jembatan yang terdampak bencana. Dody menyebutkan bahwa total terdapat 33 jembatan nasional yang mengalami kerusakan akibat gempa dan bencana alam di Sumatra. Jembatan-jembatan tersebut memiliki peran strategis karena menghubungkan jalur utama antarwilayah.
“Sudah fungsional 60 persen. Sekitar 19 jembatan sudah berfungsi,” kata Dody.
Progres ini menunjukkan bahwa sebagian besar jembatan telah kembali dapat digunakan, baik secara penuh maupun dengan pembatasan tertentu. Untuk jembatan yang belum berfungsi, pemerintah masih melakukan pekerjaan perbaikan dan penguatan struktur.
Dalam beberapa kasus, jembatan darurat juga dipasang untuk memastikan konektivitas tetap terjaga. Langkah ini diambil sebagai solusi sementara agar masyarakat tidak sepenuhnya terputus dari akses transportasi, terutama di wilayah yang terdampak cukup parah.
Target Penyelesaian Akhir Tahun
Dody menegaskan bahwa seluruh pekerjaan pemulihan jalan dan jembatan nasional ditargetkan rampung pada akhir Desember 2025. Untuk mencapai target tersebut, Kementerian PU mengerahkan sumber daya dalam jumlah besar, baik dari sisi personel maupun peralatan berat.
“Ada 1.330 personel. Total alat berat yang dikerahkan mencapai 872 alat berat,” tegas Dody.
Ribuan personel tersebut disebar di berbagai titik lokasi terdampak untuk memastikan pekerjaan berjalan simultan dan tepat waktu. Alat berat digunakan untuk mempercepat pembersihan material longsor, perbaikan badan jalan, serta pembangunan dan penguatan struktur jembatan.
Pemerintah berharap dengan selesainya pemulihan infrastruktur ini, aktivitas masyarakat dapat kembali normal dan risiko gangguan lanjutan dapat diminimalkan. Upaya percepatan tersebut juga menjadi bagian dari komitmen pemerintah dalam memberikan respons cepat dan efektif terhadap bencana, sekaligus memperkuat ketahanan infrastruktur nasional ke depan.