
JAKARTA - Sebuah rekaman video yang viral di China memperlihatkan seorang tour guide yang memaksa rombongan turis untuk berbelanja di toko pilihannya.
Insiden itu terjadi di Thailand dan mencuat karena pemandu wisata mengancam tidak mengizinkan turis kembali ke China bila menolak membeli produk.
Video tersebut, yang ramai dibagikan di platform Weibo, menampilkan seorang pemandu wisata yang diduga warga China berbicara dengan nada keras di dalam bus, sambil mengancam rombongan wisatawan.
Baca JugaIstana Gyeongbok Buka Bangunan Kuno Dinasti Joseon untuk Turis
“Pria ini menasihati saya untuk mengendalikan emosi, tetapi saya katakan sekarang, ketika kita sampai di toko bebas bea nanti, Anda pasti tidak akan bisa naik bus. Saya katakan, malam ini, saya tidak akan mengizinkan Anda kembali ke China,” ujar pemandu wisata tersebut dalam rekaman itu.
Selanjutnya, pemandu wisata tersebut terlihat berteriak kepada wisatawan yang merekam perilakunya, menyuruh mereka berhenti merekam dan menghapus video dari ponsel masing-masing.
Sikap agresif ini memicu kemarahan warganet, terutama karena tindakan seperti ini dinilai merusak citra pariwisata Thailand.
Respons Netizen dan Dugaan Komisi
Video ini langsung menuai reaksi warganet. Banyak netizen yang menceritakan pengalaman serupa, di mana tour guide menekan wisatawan untuk membeli produk tertentu demi memperoleh komisi.
Diduga, pemandu wisata dalam video tersebut merasa kecewa karena rombongan ini tidak membeli apa pun atau jumlah belanja mereka rendah.
Sejumlah komentar menyoroti kewarganegaraan pemandu wisata. Ada yang menyebut ia orang Thailand, sementara yang lain bersikeras bahwa ia warga China.
Warganet Thailand berupaya membela reputasi negaranya dan menekankan bahwa pemandu yang viral tersebut bukan orang Thailand. Mereka juga mendesak otoritas terkait untuk menyelidiki insiden tersebut agar tidak merusak citra pariwisata lokal.
Media Thailand dan Kementerian Pariwisata serta Olahraga ikut melaporkan insiden ini.
Menteri Pariwisata dan Olahraga Thailand, Atthakorn Sirilatthayakorn, menyatakan pihaknya akan bekerja sama dengan Departemen Pariwisata dan Kepolisian Pariwisata untuk mengidentifikasi pemandu wisata yang viral, serta menentukan waktu dan lokasi kejadian.
Pola Insiden Serupa
Kasus pemandu wisata memaksa turis berbelanja bukan pertama kali terjadi. Sejarah mencatat insiden serupa di beberapa lokasi Asia, termasuk China dan Korea Selatan.
Di Pulau Jeju, misalnya, seorang tour guide frustrasi karena rombongan turis yang dibawa hanya berbelanja sedikit. Pada pertengahan 2024, pemandu di China marah karena rombongan belanja kurang dari Rp 2 juta dan mengekspresikan kemarahannya secara verbal.
Pada 2023, seorang pemandu wisata di China mengamuk ketika rombongan turis hanya melihat-lihat permata tanpa membeli sama sekali. Bahkan, ia sempat mengancam akan meninggalkan rombongan di lokasi tersebut jika tidak mengeluarkan uang.
Pola ini menunjukkan bahwa tekanan terhadap wisatawan untuk berbelanja demi komisi tetap menjadi isu berulang dalam industri wisata Asia.
Dampak terhadap Pariwisata dan Kepercayaan Wisatawan
Insiden seperti ini berpotensi merusak reputasi destinasi wisata, karena pengalaman negatif dari satu kelompok wisatawan bisa tersebar luas melalui media sosial.
Pemandu wisata yang memaksa belanja bukan hanya menimbulkan ketidaknyamanan, tetapi juga bisa membuat wisatawan enggan kembali atau merekomendasikan lokasi tersebut kepada orang lain.
Selain itu, tindakan agresif tour guide dapat menimbulkan persepsi negatif terhadap pemandu wisata di negara tersebut secara umum. Padahal, sebagian besar pemandu profesional bekerja dengan etika dan profesionalisme tinggi, menyediakan informasi, panduan, dan pengalaman positif bagi wisatawan.
Kementerian Pariwisata Thailand sendiri menekankan pentingnya menjaga kualitas layanan pemandu wisata dan membedakan antara pemandu profesional dengan oknum yang merugikan. Investigasi terhadap kasus ini diharapkan bisa memberi efek jera dan meningkatkan standar pelayanan.
Tekanan Industri Pariwisata Berbasis Komisi
Fenomena pemandu wisata yang menekan turis untuk berbelanja erat kaitannya dengan sistem komisi.
Beberapa paket wisata menawarkan imbalan finansial bagi pemandu jika rombongan membeli produk di toko tertentu. Meskipun praktik ini legal di beberapa kasus, penyalahgunaan bisa berujung pada perlakuan agresif, ancaman, dan manipulasi terhadap wisatawan.
Pemandu profesional seharusnya mengutamakan pengalaman turis, bukan keuntungan pribadi semata. Tekanan untuk mendapatkan komisi, bila tidak dikelola dengan benar, bisa menciptakan lingkungan yang menekan dan merugikan reputasi pariwisata lokal.
Upaya Regulasi dan Perlindungan Wisatawan
Pemerintah Thailand menegaskan komitmennya untuk melindungi wisatawan dari praktik semacam ini.
Melalui koordinasi antara Departemen Pariwisata, Kepolisian Pariwisata, dan asosiasi pemandu wisata resmi, pihak berwenang berupaya mengidentifikasi oknum, memberikan sanksi, serta mendidik pemandu mengenai standar etika profesi.
Selain itu, wisatawan juga disarankan untuk lebih berhati-hati dalam memilih paket tur, membaca ulasan, dan memastikan agen perjalanan yang digunakan memiliki reputasi baik. Media sosial menjadi alat penting bagi wisatawan untuk saling berbagi pengalaman dan memperingatkan potensi risiko.
Kesimpulan
Kasus pemandu wisata yang memaksa turis belanja kembali viral menunjukkan adanya tekanan sistemik dalam industri pariwisata berbasis komisi. Meskipun insiden ini menimbulkan kontroversi, pihak berwenang berupaya menyelesaikan masalah dengan investigasi dan regulasi yang tepat.
Tren ini juga mengingatkan wisatawan untuk lebih selektif dalam memilih paket wisata, memastikan pengalaman perjalanan tetap aman, menyenangkan, dan bebas dari tekanan tidak etis.
Bagi industri, kejadian ini menjadi pengingat bahwa kualitas layanan dan etika pemandu wisata harus menjadi prioritas utama demi menjaga kepercayaan wisatawan dan reputasi destinasi.

Tsaniyatun Nafiah
Insiderindonesia.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Rekomendasi Smartphone Realme 15 Pro 5G Cocok untuk Kreativitas Anak Muda
- Rabu, 15 Oktober 2025
Spesifikasi Smartphone Redmi Turbo 5 Tawarkan Chipset Kencang dan Layar Tajam
- Rabu, 15 Oktober 2025
Berita Lainnya
Rekomendasi Smartphone Realme 15 Pro 5G Cocok untuk Kreativitas Anak Muda
- Rabu, 15 Oktober 2025
Spesifikasi Smartphone Redmi Turbo 5 Tawarkan Chipset Kencang dan Layar Tajam
- Rabu, 15 Oktober 2025
Terpopuler
1.
Istana Gyeongbok Buka Bangunan Kuno Dinasti Joseon untuk Turis
- 15 Oktober 2025
2.
Mie Ayam Legendaris H. Batong Topping Ati Ampela dan Uritan
- 15 Oktober 2025
3.
Ilmuwan Konfirmasi Diabetes Tipe 5, Kenali Perbedaan Utamanya
- 15 Oktober 2025
4.
Singapura Terapkan Dapur Pusat Sekolah Mulai Januari 2026
- 15 Oktober 2025
5.
7 Pilihan Makanan Segar untuk Tetap Fit di Cuaca Panas
- 15 Oktober 2025