
JAKARTA - Tren wisatawan Indonesia ke luar negeri menunjukkan perubahan signifikan pada 2025. Kini, pelancong tidak lagi tergesa-gesa mengejar banyak destinasi dalam waktu singkat.
Alih-alih mengikuti itinerary padat, mereka lebih memilih menikmati satu kota atau wilayah dengan lebih santai, mengeksplorasi budaya, kuliner, hingga pengalaman lokal yang autentik.
Ketua DPP Astindo (Asosiasi Travel Agen Indonesia), Pauline Suharno, menegaskan bahwa preferensi small group dan long stay menjadi tren dominan.
Baca JugaIstana Gyeongbok Buka Bangunan Kuno Dinasti Joseon untuk Turis
“Trennya masih small group ya yang jumlahnya di bawah 20 orang, tidak seperti zaman dulu 40-50 orang. Lalu juga long stay-nya itu lebih lama,” ungkap Pauline. Menurut Pauline, tren ini membuat wisatawan Indonesia bisa lebih menikmati setiap destinasi secara mendalam.
Mereka tidak lagi terburu-buru menandai banyak negara dalam kurun waktu dua minggu, seperti gaya perjalanan lama. Kini, fokusnya lebih kepada kualitas pengalaman daripada kuantitas kunjungan.
TikTok dan Media Sosial Pengubah Selera
Salah satu faktor utama perubahan ini adalah pengaruh media sosial, khususnya TikTok. Banyak destinasi yang sebelumnya kurang dikenal menjadi populer setelah viral di platform tersebut.
Wisatawan Indonesia kini mencari pengalaman yang bisa dibagikan di media sosial, termasuk makanan, spot foto, dan kegiatan unik yang sedang tren.
“Dan ini juga terpengaruh dengan makanan-makanan viral yang ada di TikTok. Kalau dulu tuh mereka makan di restoran yang memang di-cater khusus untuk grup. Tapi sekarang orang tuh lebih suka untuk mencari makanan-makanan yang viral dan mau antri,” jelas Pauline.
Fenomena ini membuat destinasi wisata tidak lagi hanya soal ikon atau landmark klasik, tetapi pengalaman yang bisa menciptakan konten menarik dan relevan dengan tren global. Misalnya, wisata kuliner viral, kafe estetik, atau spot foto dengan pemandangan Instagramable.
Perubahan Prioritas Belanja
Selain destinasi, pola belanja wisatawan Indonesia juga berubah. Wisata belanja barang branded dan fast fashion tidak lagi menjadi daya tarik utama. Traveler muda kini lebih peduli pada isu keberlanjutan dan konsumsi etis.
“Malahan wisata belanja itu sudah enggak seheboh dulu. Ya juga memang karena harga barangnya pun makin lama makin mahal, tapi anak-anak muda sekarang ini sudah memahami untuk mengurangi penggunaan fast fashion,” kata Pauline.
Sebagai gantinya, mereka lebih menghargai produk lokal dan praktik thrifting. Ini sejalan dengan kesadaran global terhadap isu lingkungan dan keberlanjutan, sekaligus memberikan pengalaman belanja yang berbeda dari sekadar membeli merek internasional.
Long Stay dan Small Group
Konsep long stay juga semakin diminati. Wisatawan Indonesia cenderung tinggal lebih lama di satu lokasi, sehingga bisa merasakan suasana kota, mencoba makanan lokal, belajar budaya setempat, dan menjalin interaksi lebih intens dengan warga lokal.
Hal ini berbeda dengan gaya perjalanan klasik yang hanya mengutamakan kunjungan cepat ke banyak destinasi. Small group menjadi pilihan utama karena memungkinkan pengalaman lebih personal, fleksibel, dan tidak tergesa-gesa.
Dengan jumlah peserta maksimal 20 orang, wisatawan bisa lebih leluasa menyesuaikan aktivitas, mengatur waktu, dan mengakses destinasi yang tidak bisa dicapai dalam paket wisata besar.
Destinasi Favorit Tahun Ini
Menurut Pauline, paket wisata yang paling diminati saat ini adalah ke China. Popularitas ini didorong oleh kombinasi faktor: mudahnya akses perjalanan, keberagaman destinasi, serta konten viral di media sosial yang membuat banyak kota di China menjadi tujuan idaman.
Fenomena ini menunjukkan bahwa keputusan wisatawan kini sangat dipengaruhi oleh tren digital. Destinasi yang sebelumnya kurang dikenal bisa mendadak ramai pengunjung setelah viral di TikTok atau platform media sosial lainnya.
Dampak Terhadap Industri Pariwisata
Perubahan tren ini berdampak langsung pada agen perjalanan, penyedia akomodasi, restoran, dan destinasi wisata itu sendiri. Paket wisata kini dirancang lebih fleksibel, dengan fokus pada pengalaman autentik, long stay, dan itinerari yang bisa disesuaikan dengan minat kelompok kecil.
Selain itu, wisata kuliner dan destinasi yang bisa menjadi konten digital menjadi nilai jual utama. Destinasi yang viral di media sosial tidak hanya menarik wisatawan internasional, tetapi juga meningkatkan awareness lokal dan pendapatan sektor hospitality.
Kesimpulan
Tren perjalanan wisatawan Indonesia ke luar negeri kini menekankan kualitas pengalaman, fleksibilitas, dan koneksi dengan budaya lokal.
Small group, long stay, eksplorasi kuliner viral, dan keberlanjutan menjadi kriteria utama dalam memilih destinasi. TikTok dan media sosial berperan besar dalam membentuk selera dan memengaruhi pilihan wisatawan.
Fenomena ini memperlihatkan bagaimana digitalisasi dan perubahan kesadaran generasi muda mendorong pergeseran signifikan dalam industri pariwisata, membuka peluang baru bagi penyedia layanan yang bisa mengikuti tren dan menghadirkan pengalaman autentik bagi wisatawan.

Tsaniyatun Nafiah
Insiderindonesia.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Rekomendasi Smartphone Realme 15 Pro 5G Cocok untuk Kreativitas Anak Muda
- Rabu, 15 Oktober 2025
Spesifikasi Smartphone Redmi Turbo 5 Tawarkan Chipset Kencang dan Layar Tajam
- Rabu, 15 Oktober 2025
Berita Lainnya
Rekomendasi Smartphone Realme 15 Pro 5G Cocok untuk Kreativitas Anak Muda
- Rabu, 15 Oktober 2025
Spesifikasi Smartphone Redmi Turbo 5 Tawarkan Chipset Kencang dan Layar Tajam
- Rabu, 15 Oktober 2025
Terpopuler
1.
Istana Gyeongbok Buka Bangunan Kuno Dinasti Joseon untuk Turis
- 15 Oktober 2025
2.
Mie Ayam Legendaris H. Batong Topping Ati Ampela dan Uritan
- 15 Oktober 2025
3.
Ilmuwan Konfirmasi Diabetes Tipe 5, Kenali Perbedaan Utamanya
- 15 Oktober 2025
4.
Singapura Terapkan Dapur Pusat Sekolah Mulai Januari 2026
- 15 Oktober 2025
5.
7 Pilihan Makanan Segar untuk Tetap Fit di Cuaca Panas
- 15 Oktober 2025