JAKARTA - Sektor industri menjadi penyumbang utama konsumsi energi nasional, mencapai hampir setengah dari total kebutuhan.
Ketergantungan pada energi fosil mendorong kebutuhan efisiensi energi agar kawasan industri tetap kompetitif. SUN Energy hadir sebagai penyedia solusi energi bersih melalui pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Dengan pendekatan ini, kawasan industri dapat menekan biaya operasional sekaligus mengurangi emisi karbon.
Hingga kini, SUN Energy telah memasang lebih dari 220 megawatt-peak (MWp) PLTS di berbagai lokasi di Indonesia, termasuk proyek di Karawang International Industrial City (KIIC) dan Kawasan Industri Jababeka. Rekam jejak ini menunjukkan peran penting perusahaan dalam mendorong transformasi industri menuju operasi lebih efisien dan rendah karbon.
PLTS Sebagai Fondasi Industri Hijau
Pemanfaatan energi surya menjadi kunci dalam transformasi kawasan industri. Laporan internasional menunjukkan biaya pembangkitan listrik tenaga surya global lebih murah dibandingkan pembangkit fosil paling efisien. Tren penurunan biaya ini membuat PLTS tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga ekonomis bagi kawasan industri.
Di Indonesia, kebutuhan listrik kawasan industri meningkat seiring pertumbuhan sektor manufaktur dan logistik. Dengan radiasi matahari rata-rata 4,8 kWh/m² per hari di sebagian besar wilayah, PLTS menjadi pilihan logis untuk memenuhi kebutuhan energi bersih.
Selain efisiensi biaya, penerapan PLTS meningkatkan reputasi keberlanjutan kawasan industri. Penggunaan energi terbarukan kini menjadi indikator penting dalam penilaian kinerja Environmental, Social, and Governance (ESG) bagi perusahaan dan investor global.
Kolaborasi Percepat Transisi Energi Bersih
Transformasi energi di kawasan industri memerlukan kolaborasi antara pengelola kawasan, tenant, dan mitra energi. Kerja sama ini tidak hanya soal investasi, tetapi juga berbagi infrastruktur dan pengetahuan untuk mengoptimalkan penggunaan energi bersih di tingkat kawasan.
Beberapa kawasan industri di Indonesia telah menggunakan atau merencanakan penggunaan PLTS sebagai strategi energi bersih.
Contohnya, Kawasan Industri Jababeka, di mana SUN Energy mengembangkan proyek PLTS berkapasitas 1,8 MWp bagi berbagai tenant, mulai dari manufaktur material bangunan, otomotif, farmasi, hingga laboratorium dan packaging.
Kolaborasi semacam ini membawa dampak luas. Kawasan industri yang beralih ke energi bersih menjadi lebih menarik bagi tenant dan investor yang berorientasi ESG. Integrasi solusi lain, seperti elektrifikasi armada operasional dan pengelolaan air berkelanjutan, dapat menekan jejak karbon sekaligus meningkatkan efisiensi operasional.
Tantangan dan Prospek Kawasan Industri Hijau
Meski investasi awal dan pembatasan kapasitas PLTS menjadi tantangan, tren kerja sama lintas sektor menunjukkan arah positif. Dukungan regulasi dan penurunan biaya teknologi surya menjadi pendorong penting bagi transformasi energi di kawasan industri.
Kolaborasi ini berpotensi mempercepat kemandirian energi nasional sekaligus mendukung Indonesia mencapai target Net Zero Emission 2060. Dengan integrasi PLTS, kawasan industri tidak hanya menekan biaya dan emisi, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia dalam kompetisi energi bersih di tingkat regional.
Transformasi kawasan industri menjadi hijau mencerminkan strategi berkelanjutan yang menguntungkan semua pihak. Investor, tenant, dan pengelola kawasan dapat bekerja sama untuk menciptakan ekosistem industri efisien, ramah lingkungan, dan berdaya saing tinggi.