JAKARTA - Harga minyak dunia menunjukkan penurunan di tengah kehati-hatian pelaku pasar yang menimbang sejumlah faktor geopolitik dan pasokan global.
Brent turun menjadi US$62,45 per barel, sedangkan West Texas Intermediate (WTI) melemah ke level US$58,64 per barel. Penurunan ini mengikuti periode penguatan sebelumnya, ketika pelaku pasar sempat optimistis atas prospek kesepakatan damai Rusia–Ukraina.
Fokus pasar kini tertuju pada negosiasi antara Rusia dan pihak internasional, termasuk pertemuan Presiden Rusia dengan utusan dari Amerika Serikat. Retorika yang saling bertolak belakang dari Rusia memunculkan ketidakpastian terkait ketersediaan pasokan minyak, sehingga investor menunda langkah spekulatif.
Kekhawatiran ini diperkuat oleh ancaman Rusia terhadap Ukraina dan negara-negara Eropa, termasuk potensi memutus akses laut Ukraina sebagai respons terhadap serangan drone di Laut Hitam.
Selain itu, kunjungan Presiden Rusia ke India untuk memperkuat kerja sama energi dan pertahanan turut menjadi faktor penting yang memengaruhi persepsi pasar.
Strategi ini bertujuan memulihkan penjualan minyak Rusia yang sempat terhambat akibat tekanan internasional, namun menimbulkan ketidakpastian jangka pendek terkait pasokan global.
Gangguan Infrastruktur dan Serangan Drone Tekan Harga
Pasokan minyak global sempat terganggu akibat insiden di beberapa titik kritis. Terminal di Laut Hitam, yang sebelumnya sempat dihentikan karena serangan drone Ukraina, kini telah melanjutkan pengiriman minyak. Namun, serangan drone terhadap kapal tanker Rusia di lepas pantai Turki menambah ketidakpastian.
Situasi ini menahan tekanan harga yang muncul akibat kelebihan pasokan global. Gangguan pada infrastruktur utama Rusia dan meningkatnya ketegangan geopolitik dengan negara produsen lain menambah volatilitas pasar.
Pasar minyak menjadi lebih sensitif terhadap berita terkait pergerakan logistik dan keamanan fasilitas produksi, sehingga harga menunjukkan fluktuasi meski tren jangka panjang masih mengindikasikan surplus pasokan.
Analis menekankan bahwa kondisi pasar ini mencerminkan keseimbangan rapuh antara faktor geopolitik dan fundamental pasokan.
Sementara pasokan global cenderung berlebih, ancaman terhadap infrastruktur kunci dan ketegangan internasional menahan tekanan turunnya harga secara drastis. Hal ini membuat pelaku pasar bersikap hati-hati dalam menentukan strategi pembelian dan penjualan minyak mentah.
OPEC+ Pertahankan Produksi untuk Stabilitas Pasar
Dalam upaya menjaga stabilitas, OPEC+ memutuskan untuk mempertahankan tingkat produksi minyak tanpa perubahan pada kuartal pertama 2026.
Keputusan ini diambil di tengah kekhawatiran limpahan pasokan global yang dapat menekan harga lebih lanjut. OPEC+ berupaya menyeimbangkan kebutuhan pasar dan menjaga pangsa pasar terhadap kompetitor global.
Langkah ini mendapat perhatian pasar karena mempertahankan produksi di tengah kelebihan pasokan membutuhkan strategi distribusi dan logistik yang efisien. Produsen utama berupaya menghindari penurunan tajam harga yang dapat memengaruhi pendapatan negara dan investasi di sektor energi.
Dengan mempertahankan produksi, OPEC+ menunjukkan komitmen untuk menjaga keseimbangan pasar sambil tetap menyesuaikan diri terhadap dinamika geopolitik dan permintaan global.
Selain itu, keputusan ini memberi sinyal bagi investor dan konsumen bahwa meski harga minyak dunia berfluktuasi, terdapat koordinasi antara produsen utama untuk mengurangi ketidakpastian di pasar internasional.
Strategi ini diharapkan mampu menstabilkan harga dan memberikan panduan bagi negara importir dan eksportir minyak mentah.
Faktor Global dan Politik Memengaruhi Volatilitas Harga
Selain isu geopolitik dan keputusan OPEC+, pasar minyak juga dipengaruhi oleh ketegangan tambahan di kawasan lain, termasuk pernyataan terkait wilayah udara Venezuela.
Ancaman pembatasan akses udara di atas Venezuela menimbulkan risiko tambahan terhadap rantai pasokan global, mengingat negara ini merupakan produsen minyak utama dunia.
Pelaku pasar juga memantau tren permintaan di berbagai negara konsumen besar. Gangguan distribusi, risiko serangan terhadap fasilitas minyak, dan fluktuasi permintaan di Asia menjadi faktor penting yang menentukan arah harga minyak dalam jangka pendek.
Situasi ini menciptakan volatilitas yang tinggi, sehingga investor dan analis menekankan pentingnya strategi hati-hati dalam perdagangan minyak mentah.
Secara keseluruhan, penurunan harga minyak dunia baru-baru ini merupakan respons pasar terhadap kombinasi risiko geopolitik, gangguan pasokan, dan keputusan OPEC+ yang mempertahankan produksi.
Meski demikian, pelaku pasar tetap mengamati perkembangan lebih lanjut dari negosiasi damai Rusia–Ukraina, kondisi infrastruktur produksi, dan dinamika global lainnya yang dapat memengaruhi harga di pekan dan bulan berikutnya.