Prospek Cerah Pasar SBN Syariah Indonesia 2026 Dorong Kepercayaan Investor

Jumat, 05 Desember 2025 | 09:38:30 WIB
Prospek Cerah Pasar SBN Syariah Indonesia 2026 Dorong Kepercayaan Investor

JAKARTA - Minat masyarakat terhadap instrumen investasi syariah terus menunjukkan perkembangan positif, terlihat dari capaian penjualan berbagai produk Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) Ritel sepanjang 2025. 

Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan mencatat bahwa hampir seluruh produk SBSN Ritel terserap pasar dengan sangat baik, menjadi indikator bahwa pasar ritel syariah semakin mendapatkan tempat di tengah masyarakat. 

Pencapaian tersebut juga memberikan ruang optimisme pemerintah dalam menjajakan instrumen serupa pada 2026. 

Pada sejumlah penerbitan, penjualan menunjukkan performa yang konsisten, termasuk realisasi ST014 yang mampu mencapai 103,77% dari target. Selain itu, instrumen SR022 membukukan capaian mencapai 132,57%, sedangkan SR023 berhasil mencatatkan penjualan sebesar 99,4% dari target pemerintah.

Penawaran ST015 menjadi salah satu sorotan karena beberapa kali mengalami penambahan kuota akibat tingginya minat investor. 

Pada awal penawaran, pemerintah menargetkan penghimpunan dana sebesar Rp10 triliun. Namun, tingginya permintaan mendorong pemerintah untuk menaikkan target menjadi Rp12 triliun, bahkan kemudian kembali meningkat hingga Rp15 triliun. 

Produk ST015 yang memiliki tenor dua tahun tersebut menjadi salah satu instrumen yang paling banyak diminati oleh investor ritel. Tingginya antusiasme tersebut memperlihatkan bahwa pasar investasi syariah semakin matang dan mampu menjadi alternatif investasi yang menarik bagi masyarakat luas.

Menurut Direktur Pembiayaan Syariah DJPPR Deni Ridwan, pencapaian positif pada tahun berjalan menjadi modal penting dalam menghadapi penerbitan SBSN tahun mendatang. Selain itu, ekspektasi pertumbuhan ekonomi juga turut memberikan dorongan terhadap sentimen pasar. 

Dengan asumsi dasar makro dalam APBN 2026 yang memproyeksikan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4%, pemerintah menilai kondisi ekonomi nasional akan semakin membaik dan mendukung pengembangan pasar keuangan syariah. Sentimen tersebut menjadi faktor penting dalam memperkuat optimisme terhadap penerbitan SBSN 2026.

Harapan Pemerintah dan Tantangan Literasi Masyarakat

Deni Ridwan menjelaskan bahwa strategi penerbitan SBSN pada tahun mendatang tidak akan berbeda jauh dibandingkan tahun ini. Pemerintah akan tetap menerapkan strategi seimbang antara penerbitan Surat Utang Negara (SUN) dan SBSN. 

Keberlanjutan strategi tersebut dianggap tepat untuk menjaga stabilitas pasar sekaligus mempertahankan minat investor terhadap instrumen investasi syariah. 

Meskipun performa penjualan tahun ini cukup kuat, literasi keuangan masyarakat terhadap instrumen syariah masih menjadi tantangan yang perlu diperhatikan. Dibandingkan dengan SUN, tingkat pemahaman masyarakat terhadap SBSN masih lebih rendah.

Menurut Deni, peningkatan literasi keuangan syariah harus dilakukan melalui koordinasi dan kolaborasi antara seluruh pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, industri keuangan, serta lembaga edukasi finansial. 

Upaya tersebut diharapkan dapat memperluas inklusi pasar keuangan syariah dan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap keunggulan instrumen ini. 

Dengan literasi yang lebih baik, potensi pertumbuhan pasar syariah diperkirakan dapat meningkat signifikan, terutama di segmen ritel yang selama ini menjadi salah satu pasar paling aktif dalam pembelian instrumen SBSN.

Pemerintah juga menilai bahwa keberhasilan penerbitan SBSN tahun ini memberikan sinyal kuat bahwa permintaan terhadap instrumen syariah tetap tinggi meskipun kondisi pasar global menghadapi ketidakpastian. 

Momentum ini menjadi dorongan bagi DJPPR untuk terus memperkuat peran instrumen syariah dalam mendukung pembiayaan negara. Dengan tren tersebut, optimisme terhadap tahun 2026 semakin menguat, terutama dengan dukungan fundamental ekonomi nasional yang diproyeksikan stabil.

Arah Penerbitan dan Realisasi Penyerapan Pasar

Sepanjang 2025, DJPPR mencatat pertumbuhan positif terhadap realisasi penyerapan pasar SBN Ritel yang mencapai 3,37% year-on-year. 

Dari tujuh kali penerbitan produk SBN Ritel selama tahun tersebut, total penghimpunan mencapai Rp153 triliun. Produk SUN seri ORI027 menjadi instrumen dengan penyerapan terbesar, yaitu Rp37,35 triliun atau 116,71% dari target Rp32 triliun, menjadikannya produk pembuka yang mencatatkan performa luar biasa. 

Pada sisi lain, SBR014 menjadi produk dengan serapan terendah, yaitu Rp14,91 triliun atau 99,4% dari target Rp15 triliun. Meskipun serapannya lebih rendah dibandingkan seri lain, capaian tersebut tetap menunjukkan permintaan yang stabil karena mendekati target.

Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, penerbitan SBN Ritel 2025 mencatat peningkatan dari total realisasi Rp148 triliun pada 2024, meskipun jumlah seri penerbitan tetap sama. Data ini memperlihatkan bahwa pasar semakin berkembang dari tahun ke tahun. 

Selama 2025 pula, terdapat sejumlah SBN Ritel yang jatuh tempo dengan nilai mencapai Rp126,4 triliun sehingga secara neto penerbitan SBN Ritel tahun ini mencapai Rp26,6 triliun. Angka tersebut memperlihatkan keseimbangan pasar antara instrumen yang jatuh tempo dengan instrumen baru yang diterbitkan.

Performa SBSN Ritel dan Prospek Tahun Mendatang

Di sektor syariah, realisasi penyerapan pasar terhadap SBSN Ritel juga menunjukkan kinerja yang cukup kuat. ST014 membukukan penyerapan sebesar Rp23,35 triliun, sementara SR022 mencatat realisasi Rp27,84 triliun.

Selain itu, ST015 mencatat penghimpunan mencapai Rp15 triliun. Hanya seri SR023 yang belum mencapai target, dengan realisasi Rp18,73 triliun. Meski demikian, performa keseluruhan SBSN Ritel tetap mencerminkan minat yang tinggi dari investor ritel. 

Dukungan ini diyakini akan terus berlanjut pada 2026, terlebih dengan optimisme pemerintah terhadap kondisi ekonomi nasional dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap investasi berbasis syariah.

Terkini