JAKARTA - Kementerian Perdagangan (Kemendag) menegaskan bahwa faktor distribusi antarpengecer menjadi salah satu penyebab harga Minyakita seringkali melampaui harga eceran tertinggi (HET) yang telah ditetapkan pemerintah.
Direktur Tertib Niaga Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga (PKTN) Kemendag, Mario Josko, menjelaskan bahwa pergerakan stok dari toko ke toko menyebabkan harga naik di pasaran.
“Di beberapa tempat biasanya harga tinggi itu pengambilan dari pengecer ke pengecer. Jadi, diambil dari toko sebelah, dia jual di tokonya, akhirnya dia naikkan,” ujar Mario.
Meskipun demikian, Mario menegaskan bahwa stok Minyakita di pasaran, termasuk di pasar-pasar Surabaya, relatif aman menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal dan Tahun Baru. Selain itu, harga Minyakita di beberapa pasar juga terpantau masih berada di bawah HET, yakni Rp15.700 per liter.
Kemendag terus memantau pergerakan harga dan distribusi agar stok tetap stabil. Menurut Mario, koordinasi antarprodusen dan pemerintah daerah menjadi kunci untuk memastikan pasokan tidak terganggu.
Dengan langkah ini, masyarakat dapat membeli Minyakita dengan harga yang wajar, sekaligus meminimalkan risiko kelangkaan menjelang momen perayaan nasional.
Antisipasi Kenaikan Permintaan Jelang Nataru
Selain memantau harga, Kemendag juga melakukan sejumlah antisipasi terhadap lonjakan permintaan minyak goreng kemasan sederhana merek pemerintah itu menjelang Nataru.
Mario menegaskan, produsen Minyakita yang beroperasi di Surabaya memiliki tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan pasar, termasuk wilayah Indonesia Timur yang memerlukan suplai tambahan.
“Kami tetap berkoordinasi terkait dengan kesiapan stok. Artinya, Bulog harapannya juga bisa membantu untuk menambahlah, memperkuat pasokan di pasar rakyat, selain dari produsen yang sudah eksis,” tutur Mario.
Hal ini diharapkan dapat memperkuat ketersediaan Minyakita sekaligus menekan kemungkinan kenaikan harga yang signifikan di berbagai daerah.
Upaya antisipasi tersebut melibatkan seluruh pemangku kepentingan, mulai dari produsen hingga pemerintah daerah setempat, agar setiap titik distribusi dapat dipantau secara efektif. Dengan koordinasi ini, Kemendag optimistis pasokan Minyakita akan terus terjaga hingga perayaan Natal dan Tahun Baru.
Koordinasi Produsen dan Bulog untuk Stabilitas Pasokan
Mario menekankan pentingnya sinergi antara produsen Minyakita dan Bulog untuk menjaga stabilitas pasokan di seluruh Indonesia.
Dengan adanya koordinasi ini, distribusi minyak goreng dapat dilakukan lebih merata, sehingga masyarakat di berbagai wilayah tidak mengalami kesulitan memperoleh minyak goreng dengan harga wajar.
Selain itu, langkah ini juga membantu produsen menyalurkan stok secara efisien, menghindari penumpukan di satu lokasi, dan menjaga kestabilan harga di pasaran.
Kemendag terus mendorong pihak terkait untuk memanfaatkan sistem distribusi yang telah ada agar stok Minyakita tetap lancar, terutama menjelang momen puncak permintaan di akhir tahun.
Mario menekankan bahwa pemantauan distribusi secara berkelanjutan menjadi strategi utama untuk menghindari lonjakan harga yang disebabkan pergerakan antarpengecer. Dengan koordinasi yang baik, masyarakat dapat tetap mendapatkan akses Minyakita dengan harga terjangkau dan pasokan yang aman.
Harapan Kemendag untuk Harga dan Stok Stabil
Kemendag berharap pasokan Minyakita dapat terus berjalan normal hingga perayaan Natal dan Tahun Baru, sehingga masyarakat tidak perlu khawatir mengenai ketersediaan maupun harga minyak goreng. Mario juga menegaskan pentingnya keterlibatan semua pihak untuk memantau kondisi pasar secara rutin.
“Mudah-mudahan suplainya [Minyakita] ini sampai dengan HBKN Natal dan Tahun Baru juga bisa tetap continue,” pungkas Mario. Dengan upaya bersama, diharapkan Minyakita tetap tersedia dengan harga stabil, mendukung kebutuhan rumah tangga, dan menjaga ketahanan pangan masyarakat di seluruh Indonesia.
Langkah-langkah ini sekaligus menjadi contoh koordinasi efektif antara pemerintah, produsen, dan lembaga terkait, untuk memastikan kebutuhan dasar masyarakat terpenuhi tanpa menimbulkan gejolak harga yang merugikan. Program ini diharapkan menjadi model pengelolaan distribusi komoditas penting yang berkelanjutan.