JAKARTA - Menjelang Ramadan 2026, perhatian umat Islam di Indonesia mulai tertuju pada kapan tepatnya ibadah puasa akan dimulai. Setiap organisasi Islam memiliki metode berbeda dalam menentukan awal bulan suci, sehingga perbedaan tanggal kadang muncul antara satu pihak dengan yang lain. Memahami kalender Ramadan bukan sekadar mengetahui kapan harus berpuasa, tetapi juga membantu perencanaan ibadah dan aktivitas sehari-hari, termasuk persiapan sahur, buka puasa, dan kegiatan keagamaan lainnya.
Bagi sebagian masyarakat, informasi kalender Ramadan menjadi acuan untuk menentukan libur, perjalanan mudik, hingga aktivitas sosial selama bulan suci. Dengan waktu kurang dari tiga bulan tersisa, kini saatnya menyimak prediksi awal puasa dan metode yang digunakan oleh dua organisasi Islam terbesar di Indonesia, yaitu Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU).
Metode Penentuan Awal Ramadan Muhammadiyah
Baca Juga
Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah telah menetapkan 1 Ramadhan 1447 H jatuh pada Rabu, 18 Februari 2026. Penetapan ini berdasarkan Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) terbaru yang mereka rilis. Metode yang digunakan Muhammadiyah disebut hisab hakiki wujudul hilal, yaitu perhitungan astronomis yang memungkinkan awal bulan puasa dan Idul Fitri dapat ditentukan jauh-jauh hari.
Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah memvalidasi data astronomis global untuk memastikan akurasi prediksi. Keputusan ini bukan sekadar angka di kalender, melainkan hasil penghitungan ilmiah yang menggabungkan pergerakan bulan, posisi bumi, dan kriteria wujudul hilal. Berdasarkan penetapan tersebut, Hari Raya Idul Fitri 1447 H diperkirakan jatuh pada Jumat, 20 Maret 2026.
Metode hisab yang digunakan Muhammadiyah memberikan kepastian bagi masyarakat yang mengikuti organisasi ini. Selain itu, kalender KHGT menjadi rujukan untuk kegiatan ibadah lain, seperti puasa sunnah, tanggal Isra Mi’raj, dan Idul Adha. Dengan begitu, perencanaan kegiatan keagamaan dapat dilakukan lebih awal tanpa menunggu pengamatan hilal.
Pendekatan Penetapan Awal Ramadan NU
Berbeda dengan Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU) cenderung mengikuti ketentuan pemerintah dalam penetapan awal puasa dan hari keagamaan. Mengacu pada SKB 3 Menteri tentang Libur Nasional dan Cuti Bersama Tahun 2026, libur Idul Fitri 1447 H diperkirakan jatuh pada Sabtu, 21 Maret 2026.
Pendekatan ini menekankan keseragaman bagi seluruh warga negara, khususnya untuk urusan administrasi libur kerja, sekolah, dan pelayanan publik. Meski demikian, tanggal awal puasa NU dapat berbeda dari Muhammadiyah karena penetapan resmi tetap menunggu sidang isbat oleh Kemenag RI. Sidang isbat menggunakan metode rukyatul hilal, yakni pengamatan hilal secara langsung, dan dikombinasikan dengan hisab astronomis untuk memastikan awal bulan benar-benar sesuai dengan ketentuan syariat.
Dengan metode ini, ada kemungkinan terjadi perbedaan satu atau dua hari dalam penetapan awal Ramadan dibanding kalender Muhammadiyah. Namun, NU menekankan pentingnya mengikuti keputusan resmi pemerintah demi kepastian bersama dan keutuhan umat.
Prediksi dan Perbedaan yang Mungkin Terjadi
Perbedaan metode penentuan awal Ramadan antara Muhammadiyah dan NU bukan hal baru. Secara praktis, umat yang mengikuti kedua organisasi dapat mengalami perbedaan satu hari dalam memulai puasa. Hal ini terutama disebabkan oleh perbedaan kriteria wujudul hilal dan observasi hilal.
Bagi masyarakat umum, informasi prediksi awal puasa 2026 dapat digunakan sebagai panduan awal. Namun, semua tanggal masih bersifat prediksi, dan kemungkinan bergeser tergantung hasil sidang isbat resmi Kemenag RI. Jika bulan baru belum terlihat atau kriteria astronomis belum terpenuhi, awal Ramadhan bisa mundur beberapa hari. Oleh karena itu, setiap keluarga atau komunitas disarankan tetap memantau pengumuman resmi sebelum menetapkan hari pertama berpuasa.
Selain itu, prediksi kalender juga membantu masyarakat dalam merencanakan aktivitas harian, seperti sahur bersama, buka puasa di rumah maupun restoran, dan kegiatan sosial keagamaan. Kesadaran terhadap perbedaan tanggal ini dapat mencegah kebingungan dan memastikan ibadah dijalankan sesuai ketentuan organisasi atau pemerintah yang diikuti.
Persiapan Ibadah Menyambut Ramadan 2026
Mengetahui perkiraan awal puasa membantu umat Islam merencanakan ibadah dengan lebih baik. Persiapan bisa berupa mental, fisik, maupun logistik. Misalnya, persiapan makanan untuk sahur dan berbuka, penyusunan jadwal ibadah harian, hingga rencana mudik bagi yang tinggal jauh dari keluarga.
Selain itu, informasi awal puasa juga memungkinkan komunitas masjid dan organisasi keagamaan mengatur program Ramadan, seperti kajian, buka bersama, dan kegiatan sosial. Bagi yang mengikuti Muhammadiyah, tanggal 18 Februari 2026 menjadi acuan, sedangkan bagi yang mengikuti NU, keputusan resmi menunggu sidang isbat.
Masyarakat diimbau untuk fleksibel, karena perbedaan satu atau dua hari tidak mengurangi nilai ibadah. Yang terpenting adalah mempersiapkan diri dengan baik dan memastikan ibadah dilakukan secara maksimal saat bulan suci tiba.
Dengan perencanaan matang, Ramadan 2026 dapat dijalani dengan lancar, penuh berkah, dan memberi pengalaman spiritual yang lebih mendalam bagi setiap umat Islam.
Tsaniyatun Nafiah
Insiderindonesia.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Kemenhub Siapkan Mudik Motor Gratis dengan Kuota Ribuan Unit Pada Libur Nataru 2025
- Jumat, 05 Desember 2025
Kemudahan Transportasi Solo-Bandara Hingga Madiun Kini Tersedia Lewat KA BIAS
- Jumat, 05 Desember 2025
KRL Solo-Jogja Tingkatkan Kenyamanan Perjalanan Bagi Seluruh Penumpang
- Jumat, 05 Desember 2025
Sinar Jaya Permudah Mobilitas Wisatawan Menuju Pantai-Pantai di Jogja
- Jumat, 05 Desember 2025
Berita Lainnya
Monggo rawuh! 11-14 Desember Grand City Convex Surabaya Jadi Tuan Rumah Livin Fest 2025
- Jumat, 05 Desember 2025
Kemenhub Siapkan Mudik Motor Gratis dengan Kuota Ribuan Unit Pada Libur Nataru 2025
- Jumat, 05 Desember 2025










.jpg)