JAKARTA - Menjelang pergantian tahun, wacana mengenai keberlanjutan pariwisata kembali mencuat, terutama setelah Fodor’s Travel merilis daftar No List 2026. Alih-alih menjadi peringatan negatif, daftar tersebut justru menjadi dorongan bagi wisatawan global untuk melakukan perjalanan dengan lebih bijaksana.
Pergeseran ini membuka ruang bagi diskusi tentang bagaimana aktivitas berlibur ternyata tidak hanya berdampak pada pengalaman wisatawan, tetapi juga pada keseimbangan alam dan keberlangsungan hidup masyarakat lokal.
Dengan cara pandang seperti ini, isu mengenai delapan destinasi yang sebaiknya dihindari tahun depan bukan lagi semata-mata larangan, melainkan ajakan untuk memberi ruang pemulihan bagi tempat-tempat yang sedang menghadapi tekanan luar biasa.
Baca Juga
Daftar ini disusun setelah melihat betapa cepatnya beberapa daerah kehilangan keseimbangan ekologis dan sosial akibat lonjakan turisme. Beberapa tempat mengalami kerusakan lingkungan serius, sementara yang lain menghadapi tantangan sosial seperti gentrifikasi, peningkatan harga hunian, hingga hilangnya identitas budaya.
Karena itu, No List 2026 menjadi refleksi bahwa pariwisata tidak selalu soal berapa banyak destinasi yang bisa dikunjungi, tetapi bagaimana cara berwisata yang lebih bertanggung jawab.
Situasi ini membuat wisatawan perlu mempertimbangkan ulang pilihan destinasi sebelum merencanakan perjalanan. Lingkungan global sedang berada dalam titik krusial, dan tempat-tempat yang kini masuk daftar tersebut membutuhkan waktu untuk pulih secara alami. Dengan memahami konteks ini, saran untuk tidak mengunjungi beberapa destinasi justru menjadi bentuk kontribusi terhadap keberlanjutan planet dan kehidupan masyarakat yang tinggal di sana.
Dampak Ledakan Pariwisata Global
Fenomena overtourism sejak satu dekade terakhir membawa banyak perubahan pada lanskap wisata dunia. Beberapa tempat yang dahulu hanya menerima ribuan pengunjung kini dibanjiri jutaan orang setiap tahunnya. Kenaikan drastis jumlah wisatawan yang tidak diimbangi kapasitas lingkungan telah memicu berbagai kerusakan: polusi, tekanan pada sumber daya air, limbah yang tak tertangani, hingga perubahan perilaku sosial masyarakat lokal.
Contohnya terlihat pada Antartika, yang menurut IAATO hanya dikunjungi sekitar 8.000 orang pada 1990-an. Namun, pada tahun 2023–2024, jumlah itu melonjak menjadi lebih dari 124.000. Peningkatan ini memberi tekanan berat pada ekosistem yang sebenarnya sudah rapuh akibat perubahan iklim.
Kepulauan Canary juga menghadapi persoalan serupa. Pariwisata besar-besaran tidak hanya membuat kepadatan ekstrem, tetapi turut mendorong kenaikan harga hunian dan menurunnya kualitas lingkungan. Dampak ini membuat masyarakat lokal kehilangan ruang hidup yang layak di negeri sendiri.
Melihat fakta tersebut, Fodor’s Travel mendorong wisatawan untuk melakukan perjalanan yang lebih sadar. Mengurangi kunjungan ke tempat-tempat yang tengah mengalami tekanan menjadi bentuk solidaritas yang nyata.
Daftar Destinasi yang Sebaiknya Dihindari Sementara
Berikut 8 destinasi dunia yang sebaiknya tidak dikunjungi terlebih dahulu pada 2026:
Antartika
Lonjakan wisata yang mendadak—ditambah banyaknya operator kapal yang tidak tergabung dalam IAATO—meningkatkan tekanan pada ekosistem yang sudah rentan. Upaya pelestarian harus diprioritaskan.
Kepulauan Canary
Dampak pariwisata massal mencakup kemacetan, kenaikan harga hunian, kerusakan lingkungan, serta limbah tak terolah hingga 100 juta liter per hari.
Isola Sacra (Italia)
Proyek pelabuhan besar mengancam kawasan pesisir, menimbulkan risiko erosi, pencemaran, dan potensi kemacetan akibat meningkatnya aktivitas kapal pesiar.
Meksiko
Gentrifikasi dan ledakan penyewaan jangka pendek menimbulkan penggusuran penduduk lokal dan hilangnya identitas komunitas, memicu ketegangan sosial yang makin terasa.
Mombasa
Overtourism menyebabkan pencemaran laut, kepadatan ekstrem, dan meningkatnya risiko kriminalitas terhadap wisatawan.
Montmartre
Lonjakan pengunjung memicu tingginya harga properti, keramaian ekstrem, dan risiko hilangnya keaslian budaya lokal di kawasan Paris yang ikonik ini.
Taman Nasional Glacier
Dampak perubahan iklim mempercepat pencairan gletser, sementara wisata “last chance tourism” membuat taman ini dibanjiri pengunjung hingga melampaui daya dukungnya.
Wilayah Jungfrau
Tekanan pariwisata, krisis perumahan akibat platform sewa jangka pendek, serta ancaman perubahan iklim terhadap gletser menjadikan kawasan Alpen ini perlu diberi waktu pemulihan.
Mengapa Wisatawan Perlu Lebih Selektif?
Di tengah meningkatnya minat traveling pascapandemi, banyak orang berlomba-lomba mengunjungi tempat populer tanpa mempertimbangkan kondisi lokal. Padahal, keberlanjutan pariwisata sangat bergantung pada adanya keseimbangan antara jumlah pengunjung dan daya tampung lingkungan.
Fodor’s Travel tidak membuat daftar ini untuk menakut-nakuti atau membatasi minat berlibur. Sebaliknya, ini merupakan ajakan untuk lebih bijak. Banyak destinasi alternatif yang lebih siap menerima wisatawan tanpa membahayakan keseimbangan ekologis atau sosial.
Pemilihan destinasi yang tepat bisa mendukung upaya pelestarian alam sekaligus memberi dampak ekonomi lebih merata ke tempat-tempat yang masih berkembang. Wisatawan menjadi bagian penting dalam menciptakan pariwisata yang inklusif dan berkelanjutan.
Kesimpulan: Perjalanan Bertanggung Jawab adalah Masa Depan
Dengan adanya daftar No List 2026, wisatawan dunia diajak untuk mengubah cara berpikir: liburan bukan sekadar tentang "sudah pernah ke mana", tetapi "apa kontribusi kita selama bepergian". Memberi ruang bagi destinasi yang sedang tertekan bukan berarti menghentikan traveling, melainkan mengarahkannya ke pilihan yang lebih sehat bagi bumi.
Menghindari delapan destinasi tersebut bukanlah kehilangan kesempatan, melainkan memberi peluang bagi tempat-tempat itu untuk pulih dan kembali menerima wisatawan dengan kondisi yang lebih baik. Pada akhirnya, perjalanan yang bertanggung jawab adalah langkah kecil namun signifikan untuk masa depan pariwisata global.
Tsaniyatun Nafiah
Insiderindonesia.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Kemenhub Siapkan Mudik Motor Gratis dengan Kuota Ribuan Unit Pada Libur Nataru 2025
- Jumat, 05 Desember 2025
Kemudahan Transportasi Solo-Bandara Hingga Madiun Kini Tersedia Lewat KA BIAS
- Jumat, 05 Desember 2025
KRL Solo-Jogja Tingkatkan Kenyamanan Perjalanan Bagi Seluruh Penumpang
- Jumat, 05 Desember 2025
Sinar Jaya Permudah Mobilitas Wisatawan Menuju Pantai-Pantai di Jogja
- Jumat, 05 Desember 2025
Berita Lainnya
Monggo rawuh! 11-14 Desember Grand City Convex Surabaya Jadi Tuan Rumah Livin Fest 2025
- Jumat, 05 Desember 2025
Kemenhub Siapkan Mudik Motor Gratis dengan Kuota Ribuan Unit Pada Libur Nataru 2025
- Jumat, 05 Desember 2025










.jpg)