Harga Sembako Masih Terkendali Meski Daging Ayam Naik Di Pasar Depok
- Selasa, 14 Oktober 2025

JAKARTA - Aktivitas perdagangan di Pasar Kemiri Muka, Depok, Jawa Barat, berjalan normal. Suasana pasar tetap ramai, dengan lalu-lalang pembeli yang mencari kebutuhan pokok seperti beras, cabai, dan telur.
Meski sebagian besar harga bahan pangan terpantau stabil, harga daging ayam masih menjadi perhatian karena terus bertahan di level tinggi selama beberapa minggu terakhir.
Harga daging ayam di pasar tersebut kini berada di kisaran Rp40.000 per kilogram. Angka itu menandakan peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan periode sebelumnya. Pedagang setempat mengakui bahwa harga ini bahkan telah melampaui harga daging ayam saat momen Lebaran lalu.
Baca JugaWamensos Minta Daerah Percepat Sekolah Rakyat untuk Atasi Kemiskinan
Kondisi ini menunjukkan adanya perubahan di rantai pasokan yang belum kembali normal sepenuhnya. Pedagang berharap situasi bisa segera membaik agar harga kembali stabil di tingkat konsumen.
Rincian Harga Pangan Pokok di Pasar Kemiri Muka
Berdasarkan pantauan langsung di Pasar Kemiri Muka, harga sejumlah bahan pangan masih terjaga di tingkat yang wajar. Bawang merah dijual seharga Rp45.000 per kilogram, sementara bawang putih dibanderol Rp40.000 per kilogram. Untuk bawang bombay, harganya tercatat Rp35.000 per kilogram.
Sementara itu, cabai rawit merah mencapai Rp60.000 per kilogram, cabai merah keriting Rp40.000 per kilogram, dan cabai hijau besar Rp35.000 per kilogram. Harga telur ayam berada di level Rp31.000 per kilogram, beras medium dijual Rp12.500 per liter, dan beras premium mencapai Rp15.000 per liter.
Adapun daging ayam kini dijual Rp40.000 per kilogram atau sekitar Rp50.000 per ekor. Dari catatan harga tersebut, hanya daging ayam yang menunjukkan kenaikan signifikan dibandingkan bahan pangan lain.
Pedagang Jelaskan Penyebab Kenaikan Harga
Salah satu pedagang daging ayam, Paryono, menjelaskan bahwa harga daging ayam sudah meninggi sejak dua bulan terakhir. Hingga kini, harga tersebut belum menunjukkan tanda-tanda penurunan. “Sudah dua bulan terakhir harganya meninggi, bahkan lebih tinggi dari Lebaran,” ungkapnya.
Ia menuturkan bahwa salah satu penyebab utama kenaikan harga adalah kelangkaan stok bibit ayam atau day old chicken (DOC) di tingkat peternak. “Betul, bibit ayam yang susah, jadi harga di tingkat peternak di atas Rp20.000, di pasar jadi Rp40.000, sudah susah kalau di bawah segitu,” lanjutnya.
Menurut Paryono, jika pasokan DOC tetap terbatas, maka sulit bagi harga ayam untuk kembali ke level normal. Kondisi ini membuat banyak pedagang hanya bisa menyesuaikan harga jual mengikuti harga dari peternak.
Harga Lebaran Lebih Rendah dari Kondisi Sekarang
Pedagang lainnya, Nani, turut membenarkan bahwa kenaikan harga daging ayam sudah berlangsung cukup lama. Ia menyebutkan bahwa kenaikan harga sudah terjadi sejak sekitar satu bulan terakhir. “Ya sudah sebulanan lah naiknya, di peternak harganya sudah lebih dari Rp20.000 per ekor,” ujar Nani.
Sebagai perbandingan, harga daging ayam menjelang Lebaran 2025 sempat bervariasi di berbagai pasar. Ada yang dijual mulai dari Rp25.000 hingga Rp40.000 per ekor, bahkan di beberapa tempat mencapai Rp50.000 per ekor.
Sutikno, salah satu pedagang lainnya, mengungkapkan bahwa saat itu kenaikan harga hanya sekitar Rp1.000 dari harga sebelumnya.
Kini, harga di pasaran justru jauh melampaui kondisi saat Lebaran, menandakan adanya tekanan dari sisi pasokan yang belum teratasi. Para pedagang berharap pemerintah dan pihak terkait dapat membantu menstabilkan harga di tingkat peternak agar harga jual di pasar tidak terus membebani masyarakat.
Harapan Pedagang dan Konsumen ke Depan
Kendati harga daging ayam masih tinggi, para pedagang tetap berusaha menjaga pasokan agar kebutuhan konsumen tetap terpenuhi. Mereka menyadari bahwa kenaikan harga berdampak langsung terhadap daya beli masyarakat. Namun di sisi lain, biaya produksi dan pembelian ayam dari peternak juga meningkat.
Pedagang berharap pemerintah dapat memperhatikan kondisi pasokan bibit ayam agar tidak terjadi kelangkaan berkepanjangan. “Kalau stok bibit sudah lancar lagi, pasti harga bisa turun sendiri,” ujar salah satu pedagang yang enggan disebutkan namanya.
Sementara itu, konsumen berharap agar harga segera turun sehingga daya beli masyarakat bisa pulih. Banyak pembeli yang mulai mengatur ulang pola konsumsi dengan mengurangi pembelian daging ayam atau beralih sementara ke sumber protein lain seperti telur dan ikan.
Situasi di Pasar Kemiri Muka menggambarkan realitas harga pangan yang dinamis. Kenaikan harga daging ayam menjadi tantangan bagi pedagang dan konsumen sekaligus cerminan pentingnya keseimbangan antara pasokan dan permintaan di sektor pangan nasional.

Alif Bais Khoiriyah
Insiderindonesia.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Festival Kuliner Nunukan Angkat Cita Rasa dan Identitas Budaya Perbatasan
- Rabu, 15 Oktober 2025
Berita Lainnya
Festival Kuliner Nunukan Angkat Cita Rasa dan Identitas Budaya Perbatasan
- Rabu, 15 Oktober 2025
Terpopuler
1.
Lionel Messi Pimpin Argentina Hajar Puerto Rico Tanpa Ampun
- 15 Oktober 2025
2.
Cara Efektif dan Alami Mencegah Mata Minus pada Anak Sejak Dini
- 15 Oktober 2025
3.
4.
5.
Sinopsis Lengkap Film Spy x Family Season 3 dan Jadwal Tayang
- 15 Oktober 2025