Rabu, 15 Oktober 2025

Harga Minyak Dunia Bangkit Didukung Kepastian Pertemuan Trump dan Xi Jinping

Harga Minyak Dunia Bangkit Didukung Kepastian Pertemuan Trump dan Xi Jinping
Harga Minyak Dunia Bangkit Didukung Kepastian Pertemuan Trump dan Xi Jinping

JAKARTA - Harga minyak global kembali menunjukkan penguatan setelah pasar menerima kepastian mengenai rencana pertemuan antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping pada akhir Oktober. 

Kabar ini memberikan sinyal positif bagi pelaku pasar yang sebelumnya khawatir atas meningkatnya ketegangan perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia tersebut. 

Sebelumnya, harga minyak sempat tertekan tajam hingga menyentuh level terendah dalam lima bulan terakhir akibat ancaman tarif baru dari AS terhadap produk impor asal China.

Baca Juga

Harga Minyak Dunia Melemah Usai Peringatan Surplus dari IEA

Futures Brent tercatat naik 59 sen atau 0,9 persen menjadi USD 63,32 per barel, sementara kontrak West Texas Intermediate (WTI) turut menguat sebesar 59 sen atau 1 persen, menutup perdagangan di level USD 59,49 per barel. 

Penguatan ini mencerminkan optimisme baru di pasar energi setelah periode pelemahan panjang akibat ketidakpastian global.

Pasar Merespons Kepastian Diplomatik

Kepastian jadwal pertemuan dua pemimpin dunia tersebut dikonfirmasi oleh Menteri Keuangan AS, Scott Bessent. Ia menegaskan bahwa pertemuan akan tetap digelar di Korea Selatan pada akhir Oktober. 

Bessent juga mengungkapkan adanya komunikasi intens antara Washington dan Beijing sepanjang akhir pekan, yang dinilai berhasil menurunkan eskalasi ketegangan.

“Kami telah berhasil meredakan ketegangan secara signifikan,” ujar Bessent dalam wawancara dengan Fox Business Network. Pernyataan ini disambut positif oleh pelaku pasar, karena sebelumnya ketegangan sempat membuat harga minyak anjlok hampir 4 persen. 

Kini, dengan adanya kepastian diplomatik, pasar menilai bahwa prospek kerja sama dagang kedua negara kembali terbuka dan dapat mendukung stabilitas harga energi global.

Analis Lihat Prospek Positif Harga Minyak

Analis dari DBS, Suvro Sarkar, menilai bahwa tekanan jual di pasar minyak kini mulai berkurang. Menurutnya, kesediaan Washington dan Beijing untuk terus berunding menjadi faktor utama yang membatasi pelemahan harga. 

Namun, ia menekankan bahwa arah pergerakan harga minyak dalam jangka pendek akan sangat dipengaruhi oleh hasil akhir pembicaraan perdagangan kedua negara.

Sementara itu, analis dari PVM Energy menyebut bahwa setiap gangguan terhadap perdagangan internasional berpotensi menekan harga minyak global. 

Namun, dengan tanda-tanda perbaikan komunikasi antarnegara besar, risiko tersebut kini dinilai mulai mereda. “Setiap penurunan aktivitas perdagangan hanya akan memberikan tekanan negatif bagi harga minyak,” jelas analis PVM.

Dari sisi permintaan, China sebagai salah satu importir minyak terbesar dunia mencatat peningkatan impor minyak mentah sebesar 3,9 persen dibanding tahun sebelumnya, mencapai 11,5 juta barel per hari. 

Data ini menjadi indikator kuat bahwa konsumsi energi di negara tersebut masih tumbuh stabil meski sempat dihantam perlambatan ekonomi global.

Stabilitas Global dan Prospek ke Depan

Selain faktor perdagangan, dinamika geopolitik juga memengaruhi pergerakan harga minyak. Harapan perdamaian di Timur Tengah menjadi salah satu alasan pasar menahan ekspektasi kenaikan harga yang lebih tinggi. 

Kelompok militan Palestina, Hamas, telah membebaskan 20 sandera Israel terakhir sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata yang dimediasi oleh Amerika Serikat.

Presiden Trump menyebut peristiwa tersebut sebagai “fajar historis Timur Tengah baru” setelah dua tahun konflik di Gaza. Namun, pelaku pasar masih berhati-hati dalam merespons kabar ini, menunggu kepastian bahwa gencatan senjata benar-benar bertahan dalam jangka panjang.

Di sisi lain, laporan bulanan dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) menunjukkan bahwa pertumbuhan permintaan minyak global masih berada pada level yang relatif tinggi untuk tahun ini dan tahun depan. 

OPEC juga memperkirakan bahwa pada 2026 mendatang, defisit pasokan minyak akan semakin mengecil seiring kebijakan OPEC+ yang berencana meningkatkan produksi secara bertahap.

Dengan berbagai faktor tersebut, penguatan harga minyak saat ini dianggap sebagai kombinasi antara sentimen diplomatik positif dan fundamental pasar yang membaik.

Para analis menilai, selama komunikasi antara AS dan China tetap terbuka serta stabilitas di Timur Tengah terjaga, harga minyak berpeluang untuk tetap bertahan di zona positif hingga akhir tahun.

Alif Bais Khoiriyah

Alif Bais Khoiriyah

Insiderindonesia.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Kendaraan Tambang Wajib Gunakan Mesin Standar Euro 4

Kendaraan Tambang Wajib Gunakan Mesin Standar Euro 4

Pemerintah Klarifikasi Isu Lelang Gunung Lawu untuk Proyek Panas Bumi

Pemerintah Klarifikasi Isu Lelang Gunung Lawu untuk Proyek Panas Bumi

Wamensos Minta Daerah Percepat Sekolah Rakyat untuk Atasi Kemiskinan

Wamensos Minta Daerah Percepat Sekolah Rakyat untuk Atasi Kemiskinan

Menag Ajak Publik Jaga Marwah Pesantren Sebagai Benteng Moral Bangsa

Menag Ajak Publik Jaga Marwah Pesantren Sebagai Benteng Moral Bangsa

Festival Kuliner Nunukan Angkat Cita Rasa dan Identitas Budaya Perbatasan

Festival Kuliner Nunukan Angkat Cita Rasa dan Identitas Budaya Perbatasan