Selasa, 28 Oktober 2025

Francesco Bagnaia Kritik Dorna Sports Usai Insiden Moto3 Malaysia

Francesco Bagnaia Kritik Dorna Sports Usai Insiden Moto3 Malaysia
Francesco Bagnaia Kritik Dorna Sports Usai Insiden Moto3 Malaysia

JAKARTA - Dunia MotoGP kembali diwarnai kontroversi setelah insiden mengerikan yang terjadi di ajang Moto3 Malaysia 2025. Dua pembalap muda, Jose Antonio Rueda dan Noah Dettwiler, mengalami kecelakaan hebat di Sirkuit Sepang hingga harus dilarikan ke rumah sakit. Namun yang memantik perdebatan bukan hanya insiden itu sendiri, melainkan keputusan penyelenggara yang tetap melanjutkan balapan.

Keputusan Dorna Sports selaku pengelola MotoGP tersebut menuai reaksi keras dari pembalap utama Ducati Lenovo, Francesco Bagnaia. Menurutnya, situasi di lintasan saat itu tidak pantas untuk melanjutkan balapan karena para pembalap masih terguncang menyaksikan kejadian tragis yang menimpa dua rekan mereka.

Peristiwa ini memunculkan kembali pertanyaan besar mengenai keselamatan dan prioritas dalam dunia balap motor modern — antara keberanian mempertahankan jadwal atau kepedulian terhadap kondisi pembalap di lintasan.

Baca Juga

Curug Sempong Majalengka, Air Terjun Tersembunyi Memikat

Insiden Horor yang Mengguncang Sirkuit Sepang

Kecelakaan mengerikan itu terjadi saat sesi sighting lap di Sirkuit Sepang, Malaysia, pada Minggu, 26 Oktober 2025. Rueda, yang berstatus sebagai juara dunia Moto3, melaju kencang keluar dari Tikungan 3 ketika bertemu dengan Dettwiler yang diduga sedang melambat karena kendala teknis pada motornya.

Benturan keras pun tak terhindarkan. Rueda yang datang dengan kecepatan tinggi tak sempat menghindar, sehingga keduanya terpental keras dari motor masing-masing. Kedua motor hancur parah, sementara kondisi kedua pembalap memprihatinkan.

Petugas medis segera memberikan pertolongan pertama di lintasan sebelum akhirnya mengevakuasi Rueda dan Dettwiler dengan helikopter ke rumah sakit terdekat. Keadaan itu membuat suasana paddock berubah tegang.

Rueda dikabarkan mengalami cedera di pergelangan tangan dan beberapa memar, tetapi kondisinya stabil setelah mendapat perawatan. Sementara itu, kondisi Dettwiler belum mendapatkan kabar resmi, dan seluruh komunitas MotoGP menanti perkembangan kesehatannya dengan harap-harap cemas.

Francesco Bagnaia, yang akrab disapa Pecco, mengaku sangat prihatin dan menyampaikan doa bagi kesembuhan kedua pembalap muda itu. Ia menilai apa yang terjadi merupakan peringatan keras bagi semua pihak mengenai pentingnya keselamatan di lintasan, terutama di kelas Moto3 yang diisi para pembalap muda dengan ambisi tinggi.

Kritik Pedas terhadap Keputusan Dorna Sports

Kemarahan Bagnaia bukan tanpa alasan. Meski dua pembalap harus dilarikan ke rumah sakit, Dorna Sports memutuskan untuk tetap menggelar balapan Moto3 Malaysia 2025. Balapan hanya dipersingkat menjadi sepuluh lap dan akhirnya dimenangkan oleh Taio Furusato.

Menurut Bagnaia, keputusan tersebut tidak sensitif terhadap situasi yang sedang terjadi. Ia berpendapat bahwa melanjutkan lomba setelah insiden seberat itu bukanlah keputusan yang bijak. Bagnaia menilai seharusnya keselamatan dan kondisi psikologis para pembalap menjadi pertimbangan utama, bukan sekadar kelancaran jadwal balapan.

Dalam keterangannya kepada media, Bagnaia menilai insiden tersebut begitu mengerikan hingga seharusnya cukup menjadi alasan kuat untuk menunda atau bahkan membatalkan balapan. Ia juga menyebut bahwa membayangkan para pembalap muda di Moto3 harus melanjutkan balapan setelah melihat kecelakaan semacam itu adalah sesuatu yang tidak tepat.

Bagnaia menganggap pagi itu sebagai salah satu momen paling sulit di akhir pekan MotoGP Malaysia. Ia menekankan bahwa memulai hari dengan kejadian semacam itu bukanlah cara yang baik, baik secara emosional maupun profesional. Ia hanya berharap semua pembalap yang terlibat bisa segera pulih dan insiden serupa tidak terulang di masa depan.

Sorotan terhadap Aspek Keamanan di Dunia Balap

Kecelakaan di Sepang kembali menyoroti isu klasik dalam dunia balap motor: sejauh mana keselamatan menjadi prioritas utama di tengah tekanan komersial dan jadwal padat. Keputusan untuk melanjutkan lomba setelah insiden berat menunjukkan adanya dilema antara tanggung jawab moral dan kepentingan penyelenggaraan.

Dorna Sports memang dikenal sangat disiplin dalam menjaga ketepatan waktu dan kontinuitas seri balapan, namun kasus kali ini menjadi bahan evaluasi serius. Banyak pihak menilai bahwa Moto3, yang berisi pembalap muda berusia belasan hingga awal dua puluhan tahun, seharusnya mendapat perlakuan lebih hati-hati ketika menyangkut keselamatan.

Beberapa pengamat MotoGP juga menilai bahwa keputusan seperti ini dapat berdampak pada kepercayaan publik terhadap komitmen penyelenggara dalam melindungi para pembalap. Insiden Rueda dan Dettwiler menjadi pengingat bahwa di balik kecepatan dan ketegangan, olahraga ini tetap memiliki risiko tinggi yang membutuhkan penanganan penuh kehati-hatian.

Bagi Bagnaia sendiri, pengalaman menyaksikan langsung situasi tersebut meninggalkan kesan mendalam. Ia dikenal sebagai sosok yang sangat peduli terhadap keselamatan di lintasan dan kerap menyuarakan pendapatnya secara terbuka mengenai kebijakan MotoGP yang dianggap kurang berpihak pada kesejahteraan pembalap.

Harapan Akan Perubahan dan Evaluasi Lebih Serius

Setelah insiden ini, banyak kalangan menyerukan agar Dorna Sports melakukan evaluasi mendalam terhadap protokol keselamatan yang berlaku. Para pembalap dan tim berharap ada perbaikan mekanisme pengambilan keputusan dalam situasi darurat agar insiden tragis tidak lagi diperlakukan sebagai rutinitas biasa.

Kecelakaan Rueda dan Dettwiler di Sepang bukan sekadar insiden tunggal, melainkan simbol dari tantangan yang terus menghantui dunia balap motor: antara ambisi dan batas keselamatan.

Francesco Bagnaia melalui pernyataannya menegaskan bahwa olahraga seharusnya tidak mengorbankan nilai kemanusiaan demi hiburan semata. Ia berharap ke depan, pihak penyelenggara bisa lebih mengutamakan keselamatan dan kondisi emosional para pembalap, terutama bagi mereka yang masih berada di tahap awal karier.

Peristiwa ini menjadi pelajaran pahit bagi seluruh komunitas MotoGP. Semangat kompetisi memang menjadi ruh dari olahraga balap, tetapi rasa kemanusiaan seharusnya tetap berada di posisi tertinggi. Keberanian tidak selalu berarti terus melaju di tengah bahaya, namun juga berani mengambil keputusan bijak demi melindungi mereka yang menjadi bagian dari dunia balap itu sendiri.

Tsaniyatun Nafiah

Tsaniyatun Nafiah

Insiderindonesia.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Indonesia dan India Perkuat Kerja Sama Strategis Industri Pertahanan

Indonesia dan India Perkuat Kerja Sama Strategis Industri Pertahanan

Update Harga Sembako Jawa Timur, Cabai dan Gas Naik

Update Harga Sembako Jawa Timur, Cabai dan Gas Naik

Hasto Kristiyanto Ajak Pemuda Indonesia Berpikir Kritis Nasionalis

Hasto Kristiyanto Ajak Pemuda Indonesia Berpikir Kritis Nasionalis

Changan Lumin Mobil Listrik Mini Cocok Kota

Changan Lumin Mobil Listrik Mini Cocok Kota

Gempa Pidie Aceh M5,3, Warga Diminta Waspada

Gempa Pidie Aceh M5,3, Warga Diminta Waspada