Kamis, 18 Desember 2025

Harga Batu Bara Global Diproyeksikan Tetap Kuat Jelang Lonjakan Konsumsi

Harga Batu Bara Global Diproyeksikan Tetap Kuat Jelang Lonjakan Konsumsi
Harga Batu Bara Global Diproyeksikan Tetap Kuat Jelang Lonjakan Konsumsi

JAKARTA - Pergerakan harga batu bara global menunjukkan penguatan di tengah dinamika pasar energi dunia. 

Kenaikan harga ini terjadi seiring proyeksi permintaan global yang diperkirakan mencapai titik tertinggi dalam waktu dekat.

Pada perdagangan pertengahan pekan, mayoritas harga batu bara tercatat mengalami kenaikan. Kondisi tersebut mencerminkan respons pasar terhadap proyeksi jangka menengah sektor energi fosil.

Baca Juga

Update Harga Minyak Global Menguat Akibat Meningkatnya Ketegangan Geopolitik

Perkembangan Harga Batu Bara Global

Harga batu bara acuan Newcastle kontrak Desember 2025 tercatat stabil di level US$ 108,6 per ton. Sementara itu, kontrak Januari 2026 naik US$ 0,1 menjadi US$ 106,1 per ton.

Kontrak Februari 2026 juga mengalami penguatan sebesar US$ 0,1 ke level US$ 106,7 per ton. Pergerakan ini menunjukkan stabilitas harga di kawasan Asia Pasifik.

Di pasar Eropa, harga batu bara Rotterdam kontrak Desember 2025 melonjak US$ 1,1 menjadi US$ 96,75 per ton. Kenaikan lebih besar terlihat pada kontrak Januari 2026 yang naik US$ 1,55 menjadi US$ 95,35 per ton.

Kontrak Februari 2026 di pasar Rotterdam turut menguat US$ 1,7 ke level US$ 94,8 per ton. Lonjakan ini mencerminkan sentimen positif jangka pendek di pasar regional.

Tekanan Transisi Energi Global

Permintaan batu bara global diperkirakan mulai menghadapi tekanan dalam dekade ini. Persaingan dari energi terbarukan, gas alam, dan nuklir semakin intensif.

Meski demikian, sektor kelistrikan China masih menjadi faktor penentu utama prospek batu bara dunia. Perkembangan di negara tersebut memiliki dampak signifikan terhadap pasar global.

Proyeksi ini tertuang dalam laporan tahunan bertajuk Coal 2025. Laporan tersebut mengulas dinamika pasar hingga 2030. Analisis mencakup proyeksi permintaan, pasokan, dan perdagangan global. Selain itu, tren investasi, biaya, dan harga juga menjadi fokus utama.

Proyeksi Permintaan di Berbagai Negara

Permintaan batu bara global diperkirakan naik tipis 0,5 persen pada 2025. Angka tersebut diproyeksikan mencapai rekor 8,85 miliar ton.

Namun, pola konsumsi di pasar utama menunjukkan perbedaan signifikan. Setiap negara menghadapi kondisi domestik yang beragam. Di India, musim hujan monsun yang datang lebih awal dan intens menekan konsumsi tahunan. Penurunan ini hanya terjadi untuk ketiga kalinya dalam lima dekade.

Sebaliknya, konsumsi batu bara di Amerika Serikat justru meningkat. Kenaikan harga gas alam serta kebijakan memperlambat pensiun pembangkit batu bara menjadi pemicunya.

Di Uni Eropa, permintaan hanya menyusut tipis setelah dua tahun penurunan dua digit. Kondisi ini menunjukkan perlambatan laju transisi energi. Sementara itu, konsumsi batu bara di China relatif stagnan. Angkanya nyaris tidak berubah dibandingkan tahun sebelumnya.

Arah Penurunan Menuju 2030

Meski mencetak rekor pada 2025, permintaan global diperkirakan mulai menurun menjelang 2030. Konsumsi diproyeksikan kembali ke level 2023. Penurunan terutama terjadi di sektor pembangkit listrik. Saat ini, sektor tersebut menyerap sekitar dua pertiga konsumsi batu bara dunia.

Lonjakan kapasitas energi terbarukan diperkirakan menekan pembangkit batu bara mulai 2026. Ekspansi bertahap pembangkit nuklir turut mempercepat pergeseran ini. Gelombang pasokan gas alam cair juga menjadi faktor penekan tambahan. Kondisi tersebut mengubah struktur bauran energi global.

Sebaliknya, permintaan batu bara sektor industri dinilai lebih tahan. Industri berat masih membutuhkan pasokan stabil dalam jangka menengah. Di China, permintaan diperkirakan turun tipis pada akhir dekade. Pemerintah menargetkan puncak konsumsi tercapai sebelum 2030.

Ketidakpastian dan Dampak Perdagangan

Meski proyeksi relatif stabil, ketidakpastian tetap tinggi. Faktor ekonomi, kebijakan energi, dan cuaca menjadi penentu utama. Pertumbuhan konsumsi listrik China yang lebih cepat dapat mengubah proyeksi. Integrasi energi terbarukan yang melambat juga berpotensi meningkatkan permintaan.

Hingga 2030, kenaikan absolut terbesar diperkirakan terjadi di India. Permintaan negara tersebut diproyeksikan meningkat lebih dari 200 juta ton. Pertumbuhan tercepat justru diperkirakan terjadi di Asia Tenggara. Kenaikan lebih dari 4 persen per tahun didorong kebutuhan listrik dan industrialisasi.

Dalam beberapa tahun terakhir, impor China menopang perdagangan global. Namun, pada 2025, China justru memangkas impor akibat pasokan berlebih. Tren penurunan impor ini diperkirakan berlanjut hingga 2030. Kondisi tersebut berpotensi menekan perdagangan global.

Batu bara metalurgi dinilai memiliki prospek lebih baik. Ketergantungan India pada impor mendukung industri baja yang berkembang. Dengan permintaan lesu dan stok melimpah, margin produsen tertekan. Produksi diperkirakan menurun di sebagian besar negara produsen utama.

China dan Indonesia termasuk negara yang terdampak proyeksi penurunan produksi. India menjadi pengecualian karena berupaya mengurangi ketergantungan impor. Secara keseluruhan, pasar batu bara global memasuki fase transisi. Dinamika ini menandai perubahan struktural sektor energi dunia.

Alif Bais Khoiriyah

Alif Bais Khoiriyah

Insiderindonesia.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

BEI Suspensi Saham Toba Pulp Lestari Terkait Operasional

BEI Suspensi Saham Toba Pulp Lestari Terkait Operasional

Harga Emas Antam di Pegadaian Naik Perdagangan 18 Desember 2025

Harga Emas Antam di Pegadaian Naik Perdagangan 18 Desember 2025

Update Harga Emas Perhiasan The Palace Terbaru Hari Ini 18 Desember 2025

Update Harga Emas Perhiasan The Palace Terbaru Hari Ini 18 Desember 2025

Menkes Ingatkan Bahaya Konsumsi Gorengan terhadap Asupan Kalori Harian

Menkes Ingatkan Bahaya Konsumsi Gorengan terhadap Asupan Kalori Harian

ROSA Robot Bedah Lutut Presisi Bantu Dokter Operasi

ROSA Robot Bedah Lutut Presisi Bantu Dokter Operasi