Sabtu, 06 Desember 2025

Superbank Siap IPO, Tantangan dan Peluang Menanti

Superbank Siap IPO, Tantangan dan Peluang Menanti
Superbank Siap IPO, Tantangan dan Peluang Menanti

JAKARTA - PT Super Bank Indonesia Tbk. atau Superbank bersiap memasuki Bursa Efek Indonesia melalui penawaran umum perdana saham (IPO). Momentum ini menjadi sorotan pelaku pasar dan analis, mengingat perkembangan sektor perbankan digital yang kian kompetitif. 

Menurut prospektus yang dipublikasikan 25 November 2025 Superbank menargetkan dana segar hingga Rp3,06 triliun dari pelepasan maksimal 4,40 miliar saham baru, setara dengan 13% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO. Harga penawaran awal per saham berada di kisaran Rp525–Rp695.

Rencana pencatatan saham ini menandai fase baru bagi Superbank, yang sebelumnya dikenal sebagai PT Bank Fama International. Perusahaan yang berdiri sejak 1993 di Bandung ini telah bertransformasi menjadi bank digital modern, memindahkan kantor pusat ke Jakarta dan menghadirkan kantor cabang di Jakarta serta Bandung. 

Baca Juga

Monggo rawuh! 11-14 Desember Grand City Convex Surabaya Jadi Tuan Rumah Livin Fest 2025

Seiring dukungan Emtek Group dan konsorsium yang melibatkan Grab, Singtel, serta KakaoBank, Superbank kini berada di posisi strategis untuk mengembangkan layanan perbankan digital ke segmen ritel dan UMKM.

Profitabilitas Masih Tahap Awal, Tantangan Valuasi

Meskipun Superbank mencatat laba Rp20 miliar pada paruh pertama 2025 setelah sebelumnya merugi, analis menilai profitabilitas bank masih relatif rendah. Return on Equity (ROE) berada di kisaran 1–2 persen, yang menuntut keyakinan investor terhadap prospek peningkatan laba dalam beberapa tahun mendatang.

Analis RHB Sekuritas Indonesia, Andrey Wijaya, menjelaskan, “Profitabilitas masih tahap awal, ROE masih rendah, sehingga valuasi PBV 2,3–2,8x membutuhkan keyakinan investor pada lonjakan laba.” 

Valuasi yang cukup premium ini menjadi faktor penting yang perlu diperhatikan investor sebelum menempatkan dana. Kesiapan eksekusi manajemen dalam mengelola ekspansi kredit ke segmen ritel dan UMKM akan menentukan apakah bank mampu membuktikan potensinya di pasar modal.

Seiring pertumbuhan portofolio kredit hingga 30 persen secara tahunan, disiplin dalam pengelolaan risiko kredit menjadi kunci. Kualitas underwriting dan kemampuan menekan tingkat gagal bayar akan sangat menentukan keberhasilan strategi pertumbuhan yang agresif ini.

Persaingan Bank Digital dan Tekanan Pasar

Superbank tidak melangkah sendirian di pasar digital yang kini semakin ramai. Beberapa bank digital seperti PT Bank Jago Tbk. (ARTO), PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB), PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI), dan PT Bank Raya Indonesia Tbk. (AGRO) telah lebih dulu menghadapi fluktuasi valuasi akibat perubahan sentimen investor terhadap sektor ini.

Persaingan yang ketat mendorong Superbank untuk menonjol melalui inovasi produk, strategi penyaluran kredit yang selektif, dan integrasi teknologi informasi yang mumpuni. 

Rencana penggunaan dana IPO sebanyak 70% untuk modal kerja dan penyaluran kredit serta 30% untuk belanja modal termasuk pengembangan TI menunjukkan fokus perusahaan pada penguatan fondasi operasional.

Investor pun diingatkan bahwa memasuki pasar digital berarti menghadapi tekanan dari pemain yang sudah lebih dulu matang. Oleh karena itu, disiplin manajemen, efektivitas strategi pertumbuhan, dan kemampuan menjaga kualitas aset akan menjadi indikator utama kesuksesan Superbank pasca-IPO.

Persiapan IPO dan Strategi Ekspansi

Superbank menargetkan pencatatan saham pada 17 Desember 2025 dengan kode SUPA. Melalui IPO, bank berharap memperkuat modal kerja sekaligus menyediakan basis pendanaan untuk memperluas layanan kredit di segmen ritel dan UMKM.

 Strategi ini selaras dengan tren digitalisasi perbankan yang memerlukan kapasitas modal lebih besar untuk mendukung pertumbuhan transaksi dan layanan digital.

Sejak menjadi bagian dari konsorsium yang dipimpin Emtek Group, Superbank memperoleh akses terhadap ekosistem digital yang luas, termasuk kolaborasi dengan Grab, Singtel, dan KakaoBank. 

Dukungan ini menjadi salah satu pendorong prospek pertumbuhan bank, tetapi sekaligus menghadirkan ekspektasi tinggi dari investor terkait kinerja jangka menengah hingga panjang.

Dengan berbagai peluang dan tantangan yang ada, IPO Superbank tidak hanya menjadi momen penggalangan dana, tetapi juga ujian bagi kemampuan manajemen untuk meyakinkan pasar akan profitabilitas dan daya saing bank digital. 

Investor diharapkan mempertimbangkan semua faktor fundamental, termasuk profitabilitas awal, risiko kredit, serta dinamika persaingan sektor digital sebelum mengambil keputusan investasi.

Tsaniyatun Nafiah

Tsaniyatun Nafiah

Insiderindonesia.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Monggo rawuh! 11-14 Desember Grand City Convex Surabaya Jadi Tuan Rumah Livin Fest 2025

Monggo rawuh! 11-14 Desember Grand City Convex Surabaya Jadi Tuan Rumah Livin Fest 2025

Kemenhub Siapkan Mudik Motor Gratis dengan Kuota Ribuan Unit Pada Libur Nataru 2025

Kemenhub Siapkan Mudik Motor Gratis dengan Kuota Ribuan Unit Pada Libur Nataru 2025

Bali Pimpin Sektor Pariwisata Nasional dengan Kontribusi Signifikan

Bali Pimpin Sektor Pariwisata Nasional dengan Kontribusi Signifikan

Tanda-tanda, Syarat, dan Cara Mengaktifkan Kartu AXIS yang Sudah Mati

Tanda-tanda, Syarat, dan Cara Mengaktifkan Kartu AXIS yang Sudah Mati

Spesifikasi dan Harga Samsung S24 FE di Indonesia

Spesifikasi dan Harga Samsung S24 FE di Indonesia