Sabtu, 06 Desember 2025

KAI Tanggapi Wacana Operasional KRL 24 Jam

KAI Tanggapi Wacana Operasional KRL 24 Jam
KAI

JAKARTA - PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI tengah meninjau wacana pengoperasian KRL Commuter Line selama 24 jam penuh. Direktur Utama KAI, Bobby Rasyidin, menegaskan bahwa meski layanan nonstop akan memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi pelanggan, terdapat sejumlah pertimbangan teknis dan operasional yang harus diperhitungkan sebelum keputusan akhir dapat diambil.

“Dari sisi pelayanan pelanggan, ini hal yang positif. Namun, kita harus menghitung plus minusnya. Pengoperasian kereta tidak simpel dan tidak bisa dipaksakan begitu saja,” jelas Bobby.

Bobby menekankan bahwa kajian menyeluruh diperlukan karena pengoperasian nonstop bukan sekadar menambah jam operasi, tetapi juga melibatkan manajemen risiko, keselamatan, dan keberlanjutan perawatan sarana dan prasarana. Saat ini, KAI sedang menilai beberapa skenario operasional untuk memastikan keputusan yang diambil tetap menjaga kualitas layanan.

Baca Juga

KAI Wisata Dukung Pengembangan Ekosistem Perfilman Kota Semarang melalui Lawang Sewu Short Film Festival 2025

Perawatan Sarana dan Prasarana Tetap Jadi Fokus

Salah satu faktor utama yang menjadi pertimbangan KAI adalah jadwal perawatan sarana dan prasarana kereta. Bobby Rasyidin menekankan bahwa operasional nonstop akan menyulitkan proses pengecekan rutin, termasuk perawatan sistem elektrifikasi yang menyediakan energi bagi perjalanan kereta.

“Kita harus hitung berapa lama window perawatannya, kemudian bagaimana dari elektrifikasinya. Kalau aliran listrik berjalan 24 jam, kapan kita bisa memeriksa kabelnya? Ini hal penting,” ujar Bobby.

KAI menegaskan bahwa keselamatan penumpang menjadi prioritas utama. Bobby memberi contoh insiden layangan nyangkut yang sempat menghentikan Kereta Cepat Jakarta-Bandung atau Whoosh. Menurutnya, gangguan serupa bisa terjadi di jaringan KRL yang lebih luas dan padat.

“Kalau di Whoosh ada layangan nyangkut saja, kereta berhenti. Apalagi ini jaringannya jauh lebih panjang. Tentunya kita kaji semua kemungkinan. Kami sudah koordinasi dengan Kementerian Perhubungan,” tambahnya.

Selain faktor teknis, aspek perawatan juga menyangkut pemeliharaan stasiun, keamanan jalur, dan kesiapan petugas untuk melakukan tindakan darurat. Semua hal ini menjadi pertimbangan krusial sebelum KRL bisa dioperasikan nonstop.

Koordinasi dengan Kementerian Perhubungan dan Analisis Biaya

Wacana KRL 24 jam muncul karena fenomena penumpang yang menginap di stasiun akibat ketinggalan perjalanan terakhir, terutama di Stasiun Cikarang. Menteri Perhubungan, Dudy Purwagandhi, menyatakan bahwa pihaknya tengah berkoordinasi dengan KAI untuk menilai kebutuhan layanan nonstop.

“Nanti saya coba koordinasi dengan Kereta Api. Apakah perlu layanan 24 jam, itu harus dikaji lebih dalam. Semua opsi harus dipertimbangkan,” ujar Dudy.

Dudy menegaskan bahwa Kemenhub tidak bisa mengambil keputusan sendiri terkait pengoperasian nonstop. KAI perlu memperhitungkan biaya operasional tambahan, kesiapan sumber daya manusia, serta kapasitas manajemen untuk memastikan layanan tetap aman dan efisien.

Selain itu, biaya operasional KRL nonstop akan meliputi konsumsi energi listrik yang meningkat, pemeliharaan sarana kereta dan rel, serta potensi risiko gangguan teknis yang lebih tinggi. Semua ini harus dianalisis secara mendalam untuk menentukan apakah implementasi layanan 24 jam layak secara finansial dan operasional.

Alternatif dan Rencana Strategis untuk Penumpang

Selain opsi KRL nonstop, KAI dan Kemenhub juga membahas alternatif lain untuk menangani fenomena penumpang yang menginap di stasiun. Salah satu opsi yang dipertimbangkan adalah peningkatan frekuensi perjalanan terakhir atau penyediaan fasilitas sementara bagi penumpang yang tertinggal kereta.

“Saya mesti tanyakan ke KAI terkait cost-nya. Apakah mengaktifkan kereta 24 jam sepadan dengan biaya operasional, atau ada solusi lain. Semua akan dikaji matang-matang,” kata Dudy.

Bobby menambahkan bahwa setiap keputusan terkait KRL nonstop harus menyeimbangkan tiga aspek utama: keselamatan penumpang, operasional kereta, dan kenyamanan layanan. Analisis mendalam menjadi kunci sebelum mengimplementasikan sistem nonstop, agar kualitas dan keselamatan transportasi massal tetap terjaga.

KAI menegaskan bahwa pendekatan bertahap lebih realistis untuk menguji opsi layanan nonstop. Uji coba skala kecil, penyesuaian jadwal perawatan, dan simulasi gangguan teknis menjadi bagian dari rencana strategis untuk memastikan keputusan final tetap aman bagi penumpang dan operasional kereta.

Dengan koordinasi intensif bersama Kementerian Perhubungan, KAI berharap dapat menemukan formula optimal yang menjaga kenyamanan penumpang sekaligus mempertahankan keamanan dan efisiensi operasional. 

Fenomena penumpang menginap di stasiun menjadi pendorong untuk meninjau skema jadwal yang lebih fleksibel, namun tetap memperhatikan aspek teknis dan keselamatan sebagai prioritas utama.

Tsaniyatun Nafiah

Tsaniyatun Nafiah

Insiderindonesia.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Monggo rawuh! 11-14 Desember Grand City Convex Surabaya Jadi Tuan Rumah Livin Fest 2025

Monggo rawuh! 11-14 Desember Grand City Convex Surabaya Jadi Tuan Rumah Livin Fest 2025

Kemenhub Siapkan Mudik Motor Gratis dengan Kuota Ribuan Unit Pada Libur Nataru 2025

Kemenhub Siapkan Mudik Motor Gratis dengan Kuota Ribuan Unit Pada Libur Nataru 2025

Bali Pimpin Sektor Pariwisata Nasional dengan Kontribusi Signifikan

Bali Pimpin Sektor Pariwisata Nasional dengan Kontribusi Signifikan

Tanda-tanda, Syarat, dan Cara Mengaktifkan Kartu AXIS yang Sudah Mati

Tanda-tanda, Syarat, dan Cara Mengaktifkan Kartu AXIS yang Sudah Mati

Spesifikasi dan Harga Samsung S24 FE di Indonesia

Spesifikasi dan Harga Samsung S24 FE di Indonesia