Sabtu, 06 Desember 2025

Pesantren Indonesia Jadi Pelopor Gerakan Ekoteologi Nasional Terpadu

Pesantren Indonesia Jadi Pelopor Gerakan Ekoteologi Nasional Terpadu
Pesantren Indonesia Jadi Pelopor Gerakan Ekoteologi Nasional Terpadu

JAKARTA - Pesantren di Indonesia kini didorong menjadi garda terdepan dalam gerakan ekoteologi nasional, yakni pendekatan keagamaan yang menempatkan kelestarian alam sebagai bagian integral dari spiritualitas Islam. 

Pimpinan Pondok Pesantren Darunajah Jakarta, Ahmad Mahrus Iskandar, menekankan pentingnya peran pesantren dalam membangun kesadaran lingkungan sejak dini di kalangan santri.

Dalam forum Halaqah Penguatan Kelembagaan bertema “Pesantren, Ekoteologi dan Kemandirian Ekonomi Umat”, Kiai Mahrus menegaskan bahwa pesantren memiliki potensi besar untuk menjadi pusat peradaban yang terstruktur dan berdaya saing. 

Baca Juga

Polri Bergerak Cepat Identifikasi Korban Banjir di Sejumlah Daerah Sumatera

Melalui kegiatan praktis seperti pemilahan sampah, efisiensi penggunaan air, hingga sistem penyiraman otomatis untuk penghijauan, pesantren dapat menanamkan nilai-nilai ekologis kepada santri secara berkelanjutan.

Ekoteologi di pesantren tidak hanya soal lingkungan, tetapi juga membangun pola hidup yang bertanggung jawab dan kesadaran akan pentingnya menjaga alam sebagai bagian dari ajaran agama. Dengan demikian, pesantren dapat menjadi contoh nyata bagaimana spiritualitas dan kepedulian ekologis berjalan seiring.

Kemandirian Ekonomi Pesantren

Selain fokus pada ekologi, pesantren juga mendorong kemandirian ekonomi berbasis unit usaha. KH. Mahrus menjelaskan bahwa Pondok Pesantren Darunajah telah mengelola wakaf produktif, pertanian, peternakan, dan berbagai usaha lainnya secara profesional. 

Pendekatan ini memungkinkan hampir setengah kebutuhan operasional pesantren terpenuhi tanpa bergantung pada bantuan eksternal.

Dari total 1.117 hektare aset yayasan, lebih dari 1.000 hektare dikembangkan melalui wakaf produktif. Kiai Mahrus menekankan bahwa amanah masyarakat datang seiring kesungguhan pengelolaan aset. 

Model kemandirian ekonomi seperti ini tidak hanya menjamin keberlangsungan pesantren, tetapi juga mendorong santri belajar langsung mengenai pengelolaan usaha yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

Staf Khusus Menteri Agama Bidang Kebijakan Publik, Media, dan SDM, Ismail Cawidu, menegaskan bahwa penguatan ekoteologi dan ekonomi pesantren sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan, terutama pada isu kemiskinan, pendidikan, dan kewirausahaan. 

Pesantren yang mandiri secara ekonomi dapat menjadi katalisator pertumbuhan lokal sekaligus meningkatkan kesejahteraan umat.

Modernisasi Tata Kelola dan Struktur Pesantren

Penguatan pesantren tidak hanya dari sisi ekologi dan ekonomi, tetapi juga dari sisi kelembagaan. Ismail Cawidu menyebut urgensi pembentukan Direktorat Jenderal Pondok Pesantren sebagai bagian dari reformasi besar tata kelola pendidikan Islam. 

Dengan lebih dari 42 ribu pesantren dan enam juta santri, pengelolaan yang efektif membutuhkan struktur yang kuat dan terkoordinasi.

Tiga persoalan mendesak yang memerlukan intervensi struktural adalah ketimpangan fasilitas, minimnya pendampingan manajerial, dan belum solidnya basis data nasional pesantren. 

Dengan hadirnya Dirjen Pesantren, pemerintah dapat memastikan standar mutu, pemerataan bantuan, serta penguatan peran sosial dan ekonomi pesantren secara nasional.

Direktur Pesantren, Basnang Said, menekankan bahwa tantangan utama bukan pada regulasi, melainkan implementasi. 

Pemerintah telah menyiapkan rancangan struktur SOTK baru, termasuk direktorat khusus untuk Pendidikan Ma’had Aly, Muadalah dan Lembaga Formal, hingga Pemberdayaan Ekonomi Pesantren. Langkah ini diharapkan meningkatkan kapasitas kelembagaan pesantren secara menyeluruh.

Pesantren Sebagai Pusat Peradaban dan Inovasi

Dengan sinergi antara ekoteologi, kemandirian ekonomi, dan modernisasi kelembagaan, pesantren diharapkan menjadi pusat peradaban yang inovatif dan berdaya saing.

Implementasi kurikulum berbasis lingkungan, pembiasaan santri dengan praktik ramah lingkungan, serta pengelolaan usaha produktif menjadi model yang dapat ditiru pesantren lain di seluruh Indonesia.

Model ini tidak hanya meningkatkan kualitas pendidikan dan kehidupan santri, tetapi juga berkontribusi pada tujuan pembangunan berkelanjutan secara nasional.

Pesantren yang maju secara ekologis, ekonomi, dan kelembagaan akan menjadi contoh nyata bagaimana institusi keagamaan dapat berperan aktif dalam pembangunan masyarakat yang lebih berkelanjutan.

Dengan komitmen yang kuat, pesantren di Indonesia siap menjadi pelopor gerakan ekoteologi nasional, sekaligus meneguhkan perannya sebagai pusat pendidikan, ekonomi, dan budaya yang inovatif, profesional, serta berdampak luas bagi umat.

Alif Bais Khoiriyah

Alif Bais Khoiriyah

Insiderindonesia.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Monggo rawuh! 11-14 Desember Grand City Convex Surabaya Jadi Tuan Rumah Livin Fest 2025

Monggo rawuh! 11-14 Desember Grand City Convex Surabaya Jadi Tuan Rumah Livin Fest 2025

Kemenhub Siapkan Mudik Motor Gratis dengan Kuota Ribuan Unit Pada Libur Nataru 2025

Kemenhub Siapkan Mudik Motor Gratis dengan Kuota Ribuan Unit Pada Libur Nataru 2025

Bali Pimpin Sektor Pariwisata Nasional dengan Kontribusi Signifikan

Bali Pimpin Sektor Pariwisata Nasional dengan Kontribusi Signifikan

Tanda-tanda, Syarat, dan Cara Mengaktifkan Kartu AXIS yang Sudah Mati

Tanda-tanda, Syarat, dan Cara Mengaktifkan Kartu AXIS yang Sudah Mati

Spesifikasi dan Harga Samsung S24 FE di Indonesia

Spesifikasi dan Harga Samsung S24 FE di Indonesia